Selasa, 27 Desember 2016

pengaruh perlakuan pengolahan terhadap pertumbuhan mikroba

LAPORAN MIKROBIOLOGI PENGOLAHAN
Acara 2
Pengaruh Perlakuan Pengolahan Terhadap Pertumbuhan Mikroba















Nama : Fitri Ulandari
Nim : 1503035037
KELOMPOK 5 (psedomonas sp)


JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
                                        UNIVERSITAS MULAWARMAN


DAFTAR ISI
Daftarisi......................................................................................................... i
DaftarGambar................................................................................................ 15
DaftarTabel.................................................................................................... 15
I.          Pendahuluan........................................................................................... 1
A.    LatarBelakang....................................................................................... 1
B.     Tujuan................................................................................................... 4
II.       TinjauanPustaka..................................................................................... 5
III.    MetodelogiPenelitian............................................................................. 13
A.    AlatdanBahan....................................................................................... 13
B.     Cara Kerja............................................................................................. 13
IV.    HasilPengamatandanPembahasan.......................................................... 15
A.    HasilPengamatan.................................................................................. 15
B.     Pembahasan.......................................................................................... 18
V.       Penutup.................................................................................................. 21
A.    Kesimpulan........................................................................................... 21
B.     Saran .................................................................................................... 22
VI.    DaftarPustaka......................................................................................... 23
LAMPIRAN


PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ketahanan mikroba terhadap panas adalah suatu  kemampuan mikroba untuk terus bertahan hidup saat ia di beri perlakuan panas. Pada industry pengolahan pangan penggunaan panas di gunakan untuk membunuh mikroba dan mengurangi aktivitas airyang ada pada olahan. Dengan cara ini ketahanan pangan akan tersimpan lebih lama. Mikroba memiliki daya tahan panas yang berbeda . ada bakteri yang sensitive terhadap panas dan ada bakteri yang memiliki tekanan panas yang tidak membunuh nya. Bakteri ini memiliki temperature kematian. Pengertian TDT adalah temperature yang serendah rendah nya yang dapat membunuh mikroba yang berada dalam standar medium selama 10 menit. Mikroorganisme memiliki batas batas temperature minimum dan maksimum untuk dapat menjalan kan kegiatan biologisnya dan temperature yang paling baik untuk pertumbuhan mikroorganisme adalah temperature optimum. Bakteri dapat di golongkan menjadi:
1.      Bakteri termofilyaitu bakteri yang hidup dengan baik pada suhu 55°C-  65°C
2.      Bakteri mesofil yaitu bakteri yang hidup dengan baik pada suhu o°C-30°C
3.      Bakteri psikofil bakteri yang hidup dengan baik pada suhu 0°C-30°C
Faktor faktor yang dapat mempengaruhi ketahanan panas mikroorganisme adalah jumlah sel mikroorganisme, umur sel, suhu pertumbuhan, air, lemak yang ada dalam medium, konsentrasi, garam, karbojidrat yang ada dalam medium, nilai ph, protein, senyawa anti mikroba, suhu dan waktu pemanasan.
Setiap makhluk hidup keselamatannya sanGat tergantung kepada lingkungan sekitarnya, terlebih-lebih mikroorganismenya. Makhluk-makhluk halus seperti ini tidak dapat menguasai factor-faktor luar sepenuhnya, sehingga hidupnya sama sekali tergantung kepada keadaan sekitarnya.
Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri adalah dengan menyesuaikan diri atau adaptasi kepada faktor-faktor luar. Penyesuaian diri dapat terjadi secara cepat serta bersifat sementara waktu akan tetapi dapat pula perubahan ini bersifat permanent. Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, akan tetapi juga mempengaruhi faktor lingkungan. Misalnya, bakteri termogenesis menimbulkan panas di dalam media tempat ia tumbuh.
Adapun faktor-faktor lingkungan dapat dibagi atas faktor biotik dan abiotik, dimana faktor biotic terdiri atas makhluk hidup sedangkan faktor abiotik terdiri dari faktor-faktor alam dan faktor-faktor kimia.Bakteri juga dapat mempengaruhi ph medium tempat ia hidup
Dalam pertumbuhannya setiap makhluk hidup membutuhkan nutrisi yang mencukupi serta kondisi lingkungan yang mendukung demi proses pertumbuhan tersebut, termasuk juga bakteri. Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengaruh faktor ini akan memberikan gambaran yang memperlihatkan peningkatan jumlah sel yang berbeda dan pada akhirnya memberikan gambaran pula terhadap kurva pertumbuhannya. Faktor temperatur merupakan faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi peertumbuhan dan kehidupan mikroba karena enzim yang menjalankan metabolisme sangat peka terhadap temperatur.
Bakteri termasuk jasad renik yang mempunyai kemampuan sangat baik untuk bertahan hidup. Bakteri merupakan mikroba yang mengalami pertumbuhan yang cepat ditandai dengan pertumbuhan dengan membentuk semacam koloni. Waktu generasi pada setiap bakteri tidak sama, ada yang hanya memerlukan 20 menit bahkan ada yang memerlukan sampai berjam-jam atau berhari-hari.
Semua makhluk hidup sangat bergantung pada lingkungan sekitar, demikian juga jasat renik. Makhluk-makhluk halus ini tidak dapat sepenuhnya menguasai faktor-faktor lingkungan, sehingga untuk hidupnya sangat bergantung kepada lingkungan sekitar. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan mikroorganisme meliputi faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia), dan faktor biotik.
Mikroba seperti makhluk hidup lainnya memerlukan nutrisi pertumbuhan. Pengetahuan akan nutrisi pertumbuhan ini akan membantu di dalam mengkultivasi, mengisolasi, dan mengidentifikasi mikroba. Mikroba memiliki karakteristik dan ciri yang berbeda-beda di dalam persyaratan pertumbuhannya. Ada mikroba yang bisa hidup hanya pada media yang mengandung sulfur dan ada pula yang tidak mampu hidup dan seterusnya. Karakteristik persyaratan pertumbuhan mikroba inilah yang menyebabkan bermacam-macamnya media penunjang pertumbuhan mikroba.
Kehidupan semua makhluk hidup tergantung pada lingkungan sekitar, baik lingkungan biotik maupun abiotik. Demikiian pula kehidupan mikroorganisme, tergantung pula pada lingkungan sekitarnya. Mikroorganisme ini tidak dapat menguasai faktor-faktor luar sepenuhnya, sehingga hidupnya sama sekali tergantung pada keadaan sekelilingnya. Satu-satunya cara untuk mempertahankan hidupnya ialah menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungannya. Penyesuaian diri dapat terjadi secara cepat serta bersifat sementara waktu akan tetapi dapat pula terjadi perubahan itu bersifat permanen sehingga mempengaruhi bentuk dan morfologi serta sifat-sifat fisiologi yang turun temurun. Bakteri dapat pula mempengaruhi pH medium tempat ia hidup. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat dibagi atas faktor-faktor biotic dan abiotik.

B.     Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan pengolahan terhadap pertumbuhan mikroba dalam bahan makanan

TINJAUAN PUSTAKA
Mengenal bakteri listeria
Karaktristik Umum

Bakteri Listeria monocytogenes (L. monocytogenes) diklasifikasikan sebagai bakteri gram-positif, dan bergerak menggunakan flagella. Penelitian menunjukkan bahwa 1-10% manusia mungkin memiliki L. monocytogenes  di dalam ususnya. Bakteri ini juga telah ditemukan pada setidaknya 37 spesies mamalia, baik hewan piaraan maupun hewan liar, serta pada setidaknya 17 spesies burung, dan mungkin pada beberapa spesies ikan dan kerang.

Bakteri ini terdistribusi luas dilingkungan, dapat ditemukan di tanah, pakan ternak yang dibuat dari daun-daunan hijau yang diawetkan dengan fermentasi (silage), dan sumber-sumber alami lainnya seperti feses ternak, terang dr. Subuh.

Sebagai bakteri yang tidak membentuk spora, L. monocytogenes sangat kuat dan tahan terhadap panas, asam, dan garam. Bakteri ini juga tahan pembekuan dan dapat tetap tumbuh pada suhu 4oC, khususnya pada makanan yang disimpan di lemari pendingin. Bakteri L. monocytogenes juga membentuk biofilm, yakni terbentuknya lapisan lendir pada permukaan makanan.

Epidemiologi Bakteri Listeria

Listeria monocytogenes adalah suatu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi serius dan fatal pada bayi, anak-anak, orang sakit dan lanjut usia, serta orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Orang sehat juga dapat terinfeksi bakteri Listeria, dengan gejala jangka pendek yang muncul seperti demam tinggi, sakit kepala parah, pegal, mual, sakit perut dan diare. Listeriosis merupakan nama penyakit yang disebabkan oleh bakteri L. monocytogenes.

Infeksi Listeria dapat menyebabkan keguguran pada perempuan hamil, ujar dr. Subuh.

L. monocytogenes merupakan salah satu penyebab penyakit yang serius dengan tingkat kematian  sekitar 20-30 persen. Tingkat kematian di antara bayi yang baru lahir yang terinfeksi L. monocytogenes adalah 25-50 persen.

Di Spanyol, kasus listeriosis pada manusia jarang terjadi, sekitar 1 kasus per 100.000 penduduk. Tahun 1981 di Kanada, pernah terjadi wabah listeriosis yang menyebabkan kematian beberapa domba akibat memakan kubis yang terkontaminasi L. monocytogenes. Dua tahun kemudian, lebih kurang 14 orang meninggal dunia dari sejumlah 49 orang yang dirawat di rumah sakit di Massachusetts dengan gejala klinis berupa septikemia dan meningitis karena mengkonsumsi susu pasteurisasi yang terkontaminasi. Tahun 1985, terjadi wabah listeriosis di Los Angeles dan California. Dilaporkan sejumlah 29 orang meninggal akibat mengkonsumsi keju yang terkontaminasi. Selanjutnya, antara tahun 1991-2002 di Eropa juga pernah dilaporkan 19 kasus listeriosis invasif. Kasus Listeriosis juga dilaporkan 9 negara lainnya  dengan  total  wabah  listeriosis  sebanyak  526 kasus. Sejak    tahun 1998, Perancis telah mengembangkan sistem untuk melaksanakan kegiatan monitoring listeriosis pada manusia dan dilakukan investigasi pada sumber foodborne listeriosis.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan bahwa telah terjadi sekitar 1600 kasus dengan 260 kematian karena listeriosis setiap tahunnya di Amerika Serikat. Data tahun 2013 menyebutkan bahwa rata-rata kejadian listeriosis di Amerika Serikat setiap tahunnya adalah 0,26 kasus per 100.000 penduduk. Trend kejadian listeriosis dibandingkan dengan 1996-1998, kejadian listeriosis telah menurun sekitar 42% tahun 2012. Wabah listeriosis terbesar dalam sejarah AS terjadi pada tahun 2011, ketika terjadi 147 penyakit, 33 kematian, dan 1 keguguran pada penduduk di 28 negara bagian yang mana wabah dikaitkan dengan konsumsi blewah dari sebuah pertanian.

Gejala Listeriosis

Gejala Listeriosis dapat muncul kapan saja antara 3-70 hari pasca infeksi bakteri Listeria, rata-rata biasanya sekitar 21 hari. Gejala umumnya, yaitu demam, nyeri otot, disertai mual atau diare (kurang umum). Jika infeksi menyebar ke sistem saraf pusat (SSP), gejala dapat mencakup sakit kepala, kaku pada leher, bingung, kehilangan keseimbangan, dan terkadang mengalami kejang.

Bagi mereka yang memiliki sistem kekebalan yang lemah, bakteri Listeria dapat menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan meningitis atau infeksi otak, tutur dr. Subuh.

Pada wanita hamil yang terinfeksi, muncul gejala seperti flu ringan. Namun, infeksi selama kehamilan dapat menyebabkan keguguran, infeksi pada bayi yang baru lahir, atau bayi lahir mati. Gejala juga biasanya muncul pada bayi baru lahir di minggu pertama kehidupan, tetapi juga dapat terjadi di kemudian hari. Gejala pada bayi baru lahir sering tidak terlihat, namun dapat berupa tanda seperti lekas marah, demam, dan tidak mau makan.

Sumber Penularan

Sumber penularan L. monocytogenes dapat terjadi pada beberapa aspek mulai dari pemilihan makanan, pengolahan, hingga penyajian. Pada pemilihan makanan penularan biasanya terjadi pada produk seperti susu mentah, susu yang proses pasteurisasinya kurang benar, keju (terutama jenis keju yang dimatangkan secara lunak), es krim, sayuran mentah, sosis dari daging mentah yang difermentasi, daging unggas mentah dan yang sudah dimasak, semua jenis daging mentah, dan ikan mentah atau ikan asap. Pada saat pengolahan makanan, juga dapat terjadi penularan jika menggunakan alat masak yang telah terkontaminasi L. monocytogenes

Enterococci termasuk genus bakteri gram positif dan merupakan bakteri yang tidak membentuk spora. Dimana enterococci sebelumnya dikenal sebagai grup D streptococci. Terdapat 20 spesies Enterococcus telah dijelaskan, namun spesies yang paling umum terkait dengan makanan dan penyakit manusia yaitu Enterococcus faecium dan Enterococcus faecalis. Enterococci merupakan agen penyebab sejumlah infeksi yang tidak disebabkan oleh makanan, seperti bakteremia dan endokarditis. 

Enterococci dapat tumbuh pada rentang pertumbuhan yang luas. Beberapa strain dapat tumbuh pada suhu serendah 10C dan dapat mencapai 500C. Namun suhu optimal untuk sebagian besar strain yaitu 370C. Enterococci  dapat bertahan selama proses pembekuan dan dilaporkan dapat bertahan hidup pada penyimpanan dengan suhu -700C selama beberapa tahun. Pertumbuhan dapat terjadi pada rentang pH 4,4-10,6.  Aw minimum yang digunakan untuk pertumbuhan tergantung pada zat terlarutnya. Misalnya E. faecalis dilaporkan dapat tumbuh pada Aw 0,93.

Enterococci umumnya mampu mentoleransi konsentrasi garam 10%. Dan merupakan  organisme yang resisten terhadap pengeringan dan sangat gigih dalam lingkungan. E. faecalis dan E. faecium dilaporkan dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu di  permukaan lingkungan, yaitu dalam tanah mencapai 77 hari dan keju hingga mencapat 180 hari. Namun ada kelemahan yang dimiliki oleh Enterococci tidak terlalu tahan terhadap sanitisers (termasuk natrium hipoklorit) atau pengawet.

Enterococci tahan panas dan relatif mampu bertahan pada proses pasteurisasi. Dan dengan informasi ini semakin memperjelas beberapa kasus yang ada yaitu Enterococci banyak terlibat pada pembusukan beberapa makanan yang menggunakan panas dalam olahannya, seperti susu pasteurisasi dan dimasak daging. E. faecium (700Cà 1,4-3,4 min) lebih tahan panas dari E.faecalis (700Cà 0,02-0,6 min).

·         SUMBER KONTAMINAN

Spesies Enterococcus ditemukan dalam usus kebanyakan hewan, termasuk manusia. Dimana diekskresikan dalam kotoran hewan yang mengarah ke kontaminasi lingkungan. E. faecalis adalah spesies yang ditemukan paling sering pada kotoran manusia (105-107 sel / g feses) sedangkan E. faecium adalah spesies yang paling umum ditemukan dalam kotoran ternak. Peralatan susu pengolahan dapat terkontaminasi dengan enterococci dan survei telah sering diisolasi mereka dari babi, unggas dan bangkai sapi. Meskipun berhubungan dengan kotoran, kehadiran enterococci dalam makanan tidak selalu terkait dengan kontaminasi tinja langsung. Karena pencemaran lingkungan, yang enterococci juga ditemukan di tanah, serangga, air dan bahan tanaman seperti sayuran.

Bakteri Lactobacillus bulgaricus dikenal pertama kali pada 1905 oleh Stamen Grigorov, seorang dokter asal Bulgaria, saat menganalisis yoghurt. Pada penelitian tersebut, Grigorov mengidentifikasi sejenis mikroba yang memakan laktosa dan mengeluarkan asam laktat. Asam laktat tersebut tidak hanya berperan mengawetkan susu, tetapi mendegradasi laktosa sehingga susu bisa dikonsumsi oleh orang yang intoleran terhadap susu
Manfaat Bakteri Lactobacillus bulgaricus untuk kesehatan manusia adalah sebagai berikut :
  1. Meningkatkan kemampuan usus besar menyerap zat mutagenik dan mencegah kanker.
  2. Meningkatkan kekebalan tubuh dengan kandungan zat antitumor.
  3. Alternatif untuk diet sehat karena memiliki kandungan gizi sangat tinggi, sedangkan kandungan lemaknya justru rendah.
  4. Menurunkan risiko infeksi candida pada penderita diabetes.
  5. Mencegah osteoporosis.
Lactobacillus bulgaricus termasuk dalam golongan asam laktat. Bakteri asam laktat sebagai mikroorganisme yang berperan besar dalam kehidupan manusia memiliki tiga keunggulan di antaranya:
  • Bakteri asam laktat memiliki efisiensi yang tinggi karena mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan.
  • Bakteri asam laktat keberadaannya sangat melimpah, karena mampu diperoleh dari berbagai sumber yang ada di muka bumi, seperti makanan, minuman, sayur, maupunbuah.
  • Ketersediaan yang sangat mencukupi dan pengolahaannya yang mudah, membuat bakteri asam laktat memiliki potensi besar untuk dikembangkan baik dalam industrikecil, menengah maupun besar.
Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu jenisspesies utama bakterigram negatif. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini dapat ditemukan dalam usus besarmanusia. Kebanyakan E. Coli tidak berbahaya, tetapi beberapa, seperti E. Coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada manusia yaitu diare berdarah karena eksotoksin yang dihasilkan bernama verotoksin.Toksin ini bekerja dengan cara menghilangkan satu basa adenin dari unit 28S rRNA, sehingga menghentikan sintesis protein. Sumber bakteri ini contohnya adalah daging yang belum masak, seperti daging hamburger yang belum matang.
E. Coli yang tidak berbahaya dapat menguntungkan manusia dengan memproduksi vitamin K2, atau dengan mencegah bakteri lain di dalam usus.
E. coli banyak digunakan dalam teknologi rekayasa genetika. Biasa digunakan sebagai vektor untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. E. coli dipilih karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya.
Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 µm. S. aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37oC dengan waktu pembelahan 0,47 jam.  S. aureus merupakan mikroflora normal manusia. Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran pernapasan atas dan kulit. Keberadaan S. aureus pada saluran pernapasan atas dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya hanya berperan sebagai karier . Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan menggunakan steroid atau obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang.
Infeksi S. aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi, diantaranya bisul, jerawat, pneumonia, meningitis, dan arthritits. Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah, oleh karena itu bakteri ini disebut piogenik. S. aureus juga menghasilkan katalase, yaitu enzim yang mengkonversi H2O2 menjadi H2O dan O2, dan koagulase, enzim yangmenyebabkan fibrin berkoagulasi dan menggumpal. Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena penggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim ini terakumulasi di sekitar bakteri sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis terhambat.
S aureus termasuk bakteri osmotoleran, yaitu bakteri yang dapat hidup di lingkungan yang dengan rentang konsentrasi NaCl sekitar 3 molar. Habitat alami S. aureus  pada manusia adalah di daerah kulit, hidung,mulut,dan usus besar dimana pada keadaan system imun normal Saureus tidak bersifat pathogen.
S aureus memiliki kemampuan amorum sensing menggunakan sinyal oligopeptida untuk memproduksi toksin dan faktor virulensi.



METODELOGI  PENELITIAN
A.    Alat dan Bahan
Alat : Tabung reaksi, mikro pipet, bluetip, tempat tabung reaksi, incubator, Bunsen.
Bahan : isolate mikroba dalam nutrient broth (NB) berusia 18-24 jam, nutrient agar (NA) tegak dan cair dalam tabung reaksi, nutrient broth (NB), nutrient broth (NB) mengandung 7,5 NaCl.


B.     Cara Kerja

a. Pengaruh suhu inkubasi
1.      Inokulasi 1 loop isolate mikroba kedalam 2 tabung berisi NB (5ml)
2.      Inokulasi masing-masing 1 tabung pada suhu refrigator dan suhu kamar selama 2 hari
3.      Amati ada dan tidak nya pertumbuhan, nyatakan dengan tanda
-              : tidak ada yang tumbuh
+ : tumbuh tetapi sedikit
++           : tumbuh agak banyak
+++        : tumbuh banyak
++++      : tumbuh sangat banyak
b.   Pengaruh kerersediaan udara
1.      Inokulasi 1 loop isolate mikroba ke dalam NA cair, biarkan membeku
2.      Inkubasikan pada suhu kamar selama 2 hari.
3.      Amati dimana terjadi pertumbuhan mikroba. Mikroba aerobic akan tumbuh di permukaan media, mikroba mikroaerofilik akan tumbuh di dekat permukaan media, mikroba aerobic akan tumbuh di dasar media. Mikroba anaerobic fakultatif akan tumbuh menyebar di seluruh bagian media.
4.      Gambarkan pada lembar laporan.
c.    Pengaruh kadar garam
1.      Inokulasikan 1 loop isolate kedalam tabung reaksi berisi NB 5 ml yang telah di beri 5% NaCl.
2.      Inokulasi pada suhu kamar selama 2 hari.
3.      Nyatakan dalam
-                        : tidak ada yang tumbuh
+           : tumbuh tetapi sedikit
++         : tumbuh agak banyak
+++       : tumbuh banyak
++++     : tumbuh sangat banyak
d.   Pengaruh Ph
1.      Ph4NB yang sudah di tetesi HCl sampai Ph4
2.      Ph8 di tetesi NaOH sampai ph8
3.      Inkubasikan pada suhu kamar selama 2 hari
4.      Nyatakan dalam
-            : tidak ada yang tumbuh
+           : tumbuh tetapi sedikit
++         : tumbuh agak banyak
+++       : tumbuh banyak
++++     : tumbuh sangat banyak

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Pengamatan
a.       Pengaruh suhu inkubasi terhadap pertumbuhan mikroba
bakteri
suhu inkubasi
jumlah koloni yang tumbuh
jenis mikroorganisme
listeria
suhu refrigator
+
anaerob

suhu ruang
+
anaerob fakultatif
staphylococcus aureus
suhu refrigator
+
anaerobik fakultatif

suhu ruang
++
anaerobik
lactobacillus bulgaricus
suhu refrigator
+
anaerobik fakultatif

suhu ruang
++
anaerobik fakultatif
escherichia coli
suhu refrigator
-
-

suhu ruang
++
aerob fakultatif
e. faecal
suhu refrigator
-
-

suhu ruang
++
anaerobik

b.      Pengaruh ketersediaan udara terhadap pertumbuhan miktoba
Bakteri listeria
 


                                                  Anaerobic fakultatif   
 


staphylococcus aureus

Anaerobic fakultatif   
 




lactobacillus bulgaricus
 

Anaerobic fakultatif   




escherichia coli
 


aerobik


e.       faecal
 


aerobic



c.       pengaruh kadar garam terhadap pertumbuhan mikroba
bakteri
kadar garam
jumlah mikroba yang tumbuh
jenis mikroorganisme
listeria
5%
+
anaerob fakultatif
staphylococcus aureus
5%
++
anaerob fakultatif
lactobacillus bulgaricus
5%
+
anaerob fakultatif
escherichia coli
5%
+
anaerob fakultatif
e. faecal
5%
+
anaerobik




d.      pengaruh  ph terhadap pertumbuhan mikrobia
bakteri
ph
jumlah mikroba yang tumbuh
jenis mikroorganisme
listeria
ph 4
+
anaerob fakultatif

ph 8
+
anaerob fakultatif
staphylococcus aureus
ph 4
+++
aaerobik

ph 8
+
anaerobik
lactobacillus bulgaricus
ph 4
++
anaerob fakultatif

ph 8
+++
anaerob fakultatif
escherichia coli
ph 4
-
-

ph 8
+++
anaerob fakultatif
e. faecal
ph 4
++
anaerob fakultatif

ph 8
+
anaerobik



B.     Pembahasan
Bakteri listeria merupakan bakteri gram positif yang dapat tumbuh dengan baik di tempat aerob (dengan adanya oksigen) maupun anaerob(tanpa oksigen) .terdistribusi luas di lingkungan seperti tanah, air dan pakan ternak yang terbuat dari daun daunan yang di fermentasi. Bakteri ini tidak membentuk spora dan sangat kuat terhadap panas, asam, dan garam. Serta tahan terhadap pembekuan sehingga masih dapat berduplikasi di suhu dingin seperti lemari es pendingin.
Listeria monocytogenes adalah bakteri gram positif yang bersifat patogen (menyebabkan penyakit) pada hewan maupun manusia, tidak membentuk spora, dan hidup pada kondisi anaerob fakultatif (bisa hidup dengan atau tanpa oksigen). Bakteri ini bersifat psikrotropik mampu bertahan berbulan-bulan pada lingkungan basah, serta dapat berkompetisi dengan organisme lain khususnya pada suhu kulkas. Selain itu, bakteri ini lebih tahan panas dibandingkan bakteri patogen vegetatif. Bakteri Listeria monocytogenes dapat tumbuh optimal pada kondisi lingkungan antara suhu -2 hingga 50 oC, pH (derajat keasaman) 4,1-9,6 , kadar garam kurang dari 10%, kandungan oksigen 5-10%, dan aw (aktivitas air) 0,90-0,93

Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus

Pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan mikroba : panas, konsentrasi ion hydrogen ( pH ), adanya air, oksigen dan cahaya mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Enzim dapat mempercepat reaksi kimiawi.
  PH ( Derajat keasaman )
      Bakteri pathogen toleransi terhadap asam lebih kecil
-          Minimum   : 4.0
-          Optimum    : 6.0 – 7.0
-          Maksimum : 9.8 - 10
aW ( Water activity ) / kelembaban
      Yaitu banyaknya air dalam pangan yang tersedia untuk digunakan oleh   m.o
-          Minimum   :  0.86
-          Maksimum :  0.98
Suhu / temperature merupakan faktor fisis yang sangat penting dan mempunyai   pengaruh besar terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Sehingga perubahan temperatur akan berpengaruh langsung terhadap sistim enzim bakteri. Pada suhu optimum pertumbuhan bakteri berlangsung dengan cepat. Diluar kisaran suhu optimum, pertumbuhan bakteri menjadi lambat atau tidak ada pertumbuhan. Suhu juga dapat mempengaruhi pembentukan pigmen, ini berarti bahwa pigmen hanya dihasilkan bila diinkubasikan pada suhu tertentu. Bakteri staphylococcus aureus termasuk mesofil, yaitu mikroorganisme yang tumbuh cepat pada kisaran suhu 200C - 500C.  Kisaran suhu yang sesuai untuk pertumbuhan bakteri
      Staphylococcus aureus adalah :     
-          Minimum       :  7 – 11 0 C, suhu terendah dimana mikroorganisme masih dapat tumbuh.
-          Optimum    : 37 0 C, suhu dimana enzim berfungsi dengan sempurna / mikroorganisme tumbuh sempurna.
-          Maksimum        : 48 0 C, suhu tertinggi dimana mikroorganisme masih dapat tumbuh.
Lactobacillus bulgaricus dapat menggunakan suhu inkubasi 430C tapi akan memberikan hasil yang viskositas tinggi bila di inkubasikan pada temperature lebih panjang (12-15 jam) hal ini di sebabkan temperature yang rendah akan menyebabkan pembentukan slime pada produk.
Lactobacillus bulgaricus antara 30-40°C dengan ph optimal 5,5-6,2 tetapi tumbuh pada ph 5 atau kurang dan laju pertumbuhan berkurang pada ph netral atau alkali
Bakteri eschericha coli ,temperature adalah salah satu faktor pertumbuhan bakteri suhu optimum bagi  eschericha coli adalah 37°C mereka bisa tumbuh pada kisaran suhu 7°C - 46°C dan dapat tumbuh pada aktivitas air maksimum  0,95. Bakteri ini tergolong fekal bakteri yang tergolong koliform ini bersifat aerob dan aerobic fakultatif.
Bakteri enterococcus faecalis mampu  mempertahan kan keseimbangan ph yang merupakan akibat dari penetrasi ion membrane sel dan juga kapasitas buffer sitoplasma bakteri
E faecalis memiliki proton yang juga mempertahan kan keseimbangan ph mekanisme ini di lakukan melalui “pumping” proton ke dalam sel sampai di peroleh ph internal yang  lebih  rendah.
PENUTUP
A.                Kesimpulan
Faktor faktor yang mempengaruhi mikro organism yaitu:
suhu
mikroba dapat di bedakan menjadi tiga golongan yaitu golongan psokofil, mesofil dan termofil
ph
jasad di kenal berdasarkan ph yang ada yaitu:asidofil,neurofil,dan alkalifil
zat kimia
zat kmia yang mengandung logam berat biasanya mempunyai daya hambat yang lebih baik terhadap pertumbuhan mikroorganisme
oksigen
ada beberapa mikroba yang bisa tumbuh dengan adanya oksigen dengan tidak adanya oksigen dan  dengan ada atau  tidak nya oksigen
kadar garam
ada beberapa mikroorganisme yang tahan terhadap kadar garam dan ada juga mikroorganisme yang tidak tahan terhadap kadar garam yang tinggi.
B. Saran

Dalam praktikum seharus nya praktikan lebih menjaga kebersihan tempat, pekerja agar bakteri tidak membuat praktikan menjadi sakit dan praktikan sebaik nya menggunakan masker dan sarung tangan yang lengkap, karena masih ada terdapat praktikan yang tidak menggunakan masker dan sarung tangan yang lengkap, gunanya untuk menghindari kontaminasi pekerja dengan bakteri.

DAFTAR  PUSTAKA
Buckle, K. A, 2011, Ilmu Pangan, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Drago I, Mombelli B, De Vecchi E, Fassina MC, Tocalli L, Gismondo MR. 2002. In vitro antimicrobial activity of propolis dry extract. J Chemotherapy.
Brooks, Geo F, dkk .2012. Mikrobiologi Kedokteran .Salemba Medika, Jakarta.
Dwidjoseputro. 2012. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Dwipayana dan Ariesyady, H.D. 2011. Identification of Bacterial Diversity in Waste Recycling Paint Sludge by Conventional Microbiological Technique. Environmental Enggineering Study Program. Bandung.
Entijang, Indan .2012 . Mikrobiologi dan Parasitologi . P.T. Citra Aditya Bakti : Bandung.
Hadioetomo, R.S., 2011, Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi,    Gramedia, Jakarta
MS., Djide, M.Natsir Drs, ; Msi. Sartini, Dra, 2012,Mikrobiologi Farmasi Dasar, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Pelczar, M. J. dan Chan, E. C. S., 2012, “Dasar-dasar Mikrobiologi 1”, Alih bahasa: Hadioetomo, R. S., Imas, T., Tjitrosomo, S.S. dan Angka, S. L., UI Press, Jakarta
Pelczar, M. J., Chan, E.C.S. 2011. Elements of Microbiology. Mc Graw Hill Book Company. New York.
Suharni, Theresia Tri dkk. 2011. Mikrobiologi Umum. Penerbit Universitas Atma Jaya. Yogyakarta.
Sumarsih, Sri .2003 . Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar . UPN “Veteran” Yogyakarta : Yogyakarta.
Tim Dosen, 2012, “Penuntun Praktikum Instrumentasi mikrobiologi Farmasi Dasar”. Laboratorium Mikrobiologi, UNHAS, Makassar.

1 komentar: