LAPORAN
MIKROBIOLOGI PENGOLAHAN
Acara
2
Pengaruh
Perlakuan Pengolahan Terhadap Pertumbuhan Mikroba
Nama
: Fitri Ulandari
Nim
: 1503035037
KELOMPOK
5 (psedomonas sp)
JURUSAN
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
MULAWARMAN
DAFTAR
ISI
Daftarisi......................................................................................................... i
DaftarGambar................................................................................................ 15
DaftarTabel.................................................................................................... 15
I.
Pendahuluan........................................................................................... 1
A. LatarBelakang....................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................... 4
II. TinjauanPustaka..................................................................................... 5
III. MetodelogiPenelitian............................................................................. 13
A. AlatdanBahan....................................................................................... 13
B. Cara
Kerja............................................................................................. 13
IV. HasilPengamatandanPembahasan.......................................................... 15
A. HasilPengamatan.................................................................................. 15
B. Pembahasan.......................................................................................... 18
V. Penutup.................................................................................................. 21
A. Kesimpulan........................................................................................... 21
B. Saran
.................................................................................................... 22
VI. DaftarPustaka......................................................................................... 23
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ketahanan mikroba terhadap panas
adalah suatu kemampuan mikroba untuk
terus bertahan hidup saat ia di beri perlakuan panas. Pada industry pengolahan
pangan penggunaan panas di gunakan untuk membunuh mikroba dan mengurangi
aktivitas airyang ada pada olahan. Dengan cara ini ketahanan pangan akan
tersimpan lebih lama. Mikroba memiliki daya tahan panas yang berbeda . ada
bakteri yang sensitive terhadap panas dan ada bakteri yang memiliki tekanan
panas yang tidak membunuh nya. Bakteri ini memiliki temperature kematian.
Pengertian TDT adalah temperature yang serendah rendah nya yang dapat membunuh
mikroba yang berada dalam standar medium selama 10 menit. Mikroorganisme
memiliki batas batas temperature minimum dan maksimum untuk dapat menjalan kan
kegiatan biologisnya dan temperature yang paling baik untuk pertumbuhan mikroorganisme
adalah temperature optimum. Bakteri dapat di golongkan menjadi:
1. Bakteri
termofilyaitu bakteri yang hidup dengan baik pada suhu 55°C- 65°C
2. Bakteri
mesofil yaitu bakteri yang hidup dengan baik pada suhu o°C-30°C
3. Bakteri
psikofil bakteri yang hidup dengan baik pada suhu 0°C-30°C
Faktor faktor yang dapat
mempengaruhi ketahanan panas mikroorganisme adalah jumlah sel mikroorganisme,
umur sel, suhu pertumbuhan, air, lemak yang ada dalam medium, konsentrasi,
garam, karbojidrat yang ada dalam medium, nilai ph, protein, senyawa anti
mikroba, suhu dan waktu pemanasan.
Setiap makhluk hidup
keselamatannya sanGat tergantung kepada lingkungan sekitarnya, terlebih-lebih
mikroorganismenya. Makhluk-makhluk halus seperti ini tidak dapat menguasai
factor-faktor luar sepenuhnya, sehingga hidupnya sama sekali tergantung kepada
keadaan sekitarnya.
Satu-satunya jalan untuk
menyelamatkan diri adalah dengan menyesuaikan diri atau adaptasi kepada
faktor-faktor luar. Penyesuaian diri dapat terjadi secara cepat serta bersifat
sementara waktu akan tetapi dapat pula perubahan ini bersifat permanent.
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, akan
tetapi juga mempengaruhi faktor lingkungan. Misalnya, bakteri termogenesis
menimbulkan panas di dalam media tempat ia tumbuh.
Adapun faktor-faktor lingkungan
dapat dibagi atas faktor biotik dan abiotik, dimana faktor biotic terdiri atas
makhluk hidup sedangkan faktor abiotik terdiri dari faktor-faktor alam dan
faktor-faktor kimia.Bakteri juga dapat mempengaruhi ph medium tempat ia hidup
Dalam pertumbuhannya setiap
makhluk hidup membutuhkan nutrisi yang mencukupi serta kondisi lingkungan yang
mendukung demi proses pertumbuhan tersebut, termasuk juga bakteri. Pertumbuhan
bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengaruh faktor
ini akan memberikan gambaran yang memperlihatkan peningkatan jumlah sel yang
berbeda dan pada akhirnya memberikan gambaran pula terhadap kurva
pertumbuhannya. Faktor temperatur merupakan faktor lingkungan terpenting yang
mempengaruhi peertumbuhan dan kehidupan mikroba karena enzim yang menjalankan
metabolisme sangat peka terhadap temperatur.
Bakteri termasuk jasad renik yang mempunyai kemampuan sangat
baik untuk bertahan hidup. Bakteri merupakan mikroba yang mengalami pertumbuhan
yang cepat ditandai dengan pertumbuhan dengan membentuk semacam koloni. Waktu
generasi pada setiap bakteri tidak sama, ada yang hanya memerlukan 20 menit
bahkan ada yang memerlukan sampai berjam-jam atau berhari-hari.
Semua makhluk hidup sangat bergantung pada lingkungan
sekitar, demikian juga jasat renik. Makhluk-makhluk halus ini tidak dapat
sepenuhnya menguasai faktor-faktor lingkungan, sehingga untuk hidupnya sangat
bergantung kepada lingkungan sekitar. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi
kehidupan mikroorganisme meliputi faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia), dan
faktor biotik.
Mikroba seperti makhluk hidup
lainnya memerlukan nutrisi pertumbuhan. Pengetahuan akan nutrisi pertumbuhan
ini akan membantu di dalam mengkultivasi, mengisolasi, dan mengidentifikasi
mikroba. Mikroba memiliki karakteristik dan ciri yang berbeda-beda di dalam
persyaratan pertumbuhannya. Ada mikroba yang bisa hidup hanya pada media yang
mengandung sulfur dan ada pula yang tidak mampu hidup dan seterusnya.
Karakteristik persyaratan pertumbuhan mikroba inilah yang menyebabkan
bermacam-macamnya media penunjang pertumbuhan mikroba.
Kehidupan semua makhluk hidup tergantung pada lingkungan
sekitar, baik lingkungan biotik maupun abiotik. Demikiian pula kehidupan
mikroorganisme, tergantung pula pada lingkungan sekitarnya. Mikroorganisme ini
tidak dapat menguasai faktor-faktor luar sepenuhnya, sehingga hidupnya sama
sekali tergantung pada keadaan sekelilingnya. Satu-satunya cara untuk
mempertahankan hidupnya ialah menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan
lingkungannya. Penyesuaian diri dapat terjadi secara cepat serta bersifat
sementara waktu akan tetapi dapat pula terjadi perubahan itu bersifat permanen
sehingga mempengaruhi bentuk dan morfologi serta sifat-sifat fisiologi yang
turun temurun. Bakteri dapat pula mempengaruhi pH medium tempat ia hidup.
Adapun faktor-faktor lingkungan dapat dibagi atas faktor-faktor biotic dan
abiotik.
B.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan
untuk mengetahui perlakuan pengolahan terhadap pertumbuhan mikroba dalam bahan
makanan
TINJAUAN
PUSTAKA
Mengenal bakteri
listeria
Karaktristik Umum
Bakteri Listeria monocytogenes (L. monocytogenes) diklasifikasikan sebagai bakteri gram-positif, dan bergerak menggunakan flagella. Penelitian menunjukkan bahwa 1-10% manusia mungkin memiliki L. monocytogenes di dalam ususnya. Bakteri ini juga telah ditemukan pada setidaknya 37 spesies mamalia, baik hewan piaraan maupun hewan liar, serta pada setidaknya 17 spesies burung, dan mungkin pada beberapa spesies ikan dan kerang.
Bakteri ini terdistribusi luas dilingkungan, dapat ditemukan di tanah, pakan ternak yang dibuat dari daun-daunan hijau yang diawetkan dengan fermentasi (silage), dan sumber-sumber alami lainnya seperti feses ternak, terang dr. Subuh.
Sebagai bakteri yang tidak membentuk spora, L. monocytogenes sangat kuat dan tahan terhadap panas, asam, dan garam. Bakteri ini juga tahan pembekuan dan dapat tetap tumbuh pada suhu 4oC, khususnya pada makanan yang disimpan di lemari pendingin. Bakteri L. monocytogenes juga membentuk biofilm, yakni terbentuknya lapisan lendir pada permukaan makanan.
Epidemiologi Bakteri Listeria
Listeria monocytogenes adalah suatu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi serius dan fatal pada bayi, anak-anak, orang sakit dan lanjut usia, serta orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Orang sehat juga dapat terinfeksi bakteri Listeria, dengan gejala jangka pendek yang muncul seperti demam tinggi, sakit kepala parah, pegal, mual, sakit perut dan diare. Listeriosis merupakan nama penyakit yang disebabkan oleh bakteri L. monocytogenes.
Infeksi Listeria dapat menyebabkan keguguran pada perempuan hamil, ujar dr. Subuh.
L. monocytogenes merupakan salah satu penyebab penyakit yang serius dengan tingkat kematian sekitar 20-30 persen. Tingkat kematian di antara bayi yang baru lahir yang terinfeksi L. monocytogenes adalah 25-50 persen.
Di Spanyol, kasus listeriosis pada manusia jarang terjadi, sekitar 1 kasus per 100.000 penduduk. Tahun 1981 di Kanada, pernah terjadi wabah listeriosis yang menyebabkan kematian beberapa domba akibat memakan kubis yang terkontaminasi L. monocytogenes. Dua tahun kemudian, lebih kurang 14 orang meninggal dunia dari sejumlah 49 orang yang dirawat di rumah sakit di Massachusetts dengan gejala klinis berupa septikemia dan meningitis karena mengkonsumsi susu pasteurisasi yang terkontaminasi. Tahun 1985, terjadi wabah listeriosis di Los Angeles dan California. Dilaporkan sejumlah 29 orang meninggal akibat mengkonsumsi keju yang terkontaminasi. Selanjutnya, antara tahun 1991-2002 di Eropa juga pernah dilaporkan 19 kasus listeriosis invasif. Kasus Listeriosis juga dilaporkan 9 negara lainnya dengan total wabah listeriosis sebanyak 526 kasus. Sejak tahun 1998, Perancis telah mengembangkan sistem untuk melaksanakan kegiatan monitoring listeriosis pada manusia dan dilakukan investigasi pada sumber foodborne listeriosis.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan bahwa telah terjadi sekitar 1600 kasus dengan 260 kematian karena listeriosis setiap tahunnya di Amerika Serikat. Data tahun 2013 menyebutkan bahwa rata-rata kejadian listeriosis di Amerika Serikat setiap tahunnya adalah 0,26 kasus per 100.000 penduduk. Trend kejadian listeriosis dibandingkan dengan 1996-1998, kejadian listeriosis telah menurun sekitar 42% tahun 2012. Wabah listeriosis terbesar dalam sejarah AS terjadi pada tahun 2011, ketika terjadi 147 penyakit, 33 kematian, dan 1 keguguran pada penduduk di 28 negara bagian yang mana wabah dikaitkan dengan konsumsi blewah dari sebuah pertanian.
Gejala Listeriosis
Gejala Listeriosis dapat muncul kapan saja antara 3-70 hari pasca infeksi bakteri Listeria, rata-rata biasanya sekitar 21 hari. Gejala umumnya, yaitu demam, nyeri otot, disertai mual atau diare (kurang umum). Jika infeksi menyebar ke sistem saraf pusat (SSP), gejala dapat mencakup sakit kepala, kaku pada leher, bingung, kehilangan keseimbangan, dan terkadang mengalami kejang.
Bagi mereka yang memiliki sistem kekebalan yang lemah, bakteri Listeria dapat menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan meningitis atau infeksi otak, tutur dr. Subuh.
Pada wanita hamil yang terinfeksi, muncul gejala seperti flu ringan. Namun, infeksi selama kehamilan dapat menyebabkan keguguran, infeksi pada bayi yang baru lahir, atau bayi lahir mati. Gejala juga biasanya muncul pada bayi baru lahir di minggu pertama kehidupan, tetapi juga dapat terjadi di kemudian hari. Gejala pada bayi baru lahir sering tidak terlihat, namun dapat berupa tanda seperti lekas marah, demam, dan tidak mau makan.
Sumber Penularan
Sumber penularan L. monocytogenes dapat terjadi pada beberapa aspek mulai dari pemilihan makanan, pengolahan, hingga penyajian. Pada pemilihan makanan penularan biasanya terjadi pada produk seperti susu mentah, susu yang proses pasteurisasinya kurang benar, keju (terutama jenis keju yang dimatangkan secara lunak), es krim, sayuran mentah, sosis dari daging mentah yang difermentasi, daging unggas mentah dan yang sudah dimasak, semua jenis daging mentah, dan ikan mentah atau ikan asap. Pada saat pengolahan makanan, juga dapat terjadi penularan jika menggunakan alat masak yang telah terkontaminasi L. monocytogenes
Bakteri Listeria monocytogenes (L. monocytogenes) diklasifikasikan sebagai bakteri gram-positif, dan bergerak menggunakan flagella. Penelitian menunjukkan bahwa 1-10% manusia mungkin memiliki L. monocytogenes di dalam ususnya. Bakteri ini juga telah ditemukan pada setidaknya 37 spesies mamalia, baik hewan piaraan maupun hewan liar, serta pada setidaknya 17 spesies burung, dan mungkin pada beberapa spesies ikan dan kerang.
Bakteri ini terdistribusi luas dilingkungan, dapat ditemukan di tanah, pakan ternak yang dibuat dari daun-daunan hijau yang diawetkan dengan fermentasi (silage), dan sumber-sumber alami lainnya seperti feses ternak, terang dr. Subuh.
Sebagai bakteri yang tidak membentuk spora, L. monocytogenes sangat kuat dan tahan terhadap panas, asam, dan garam. Bakteri ini juga tahan pembekuan dan dapat tetap tumbuh pada suhu 4oC, khususnya pada makanan yang disimpan di lemari pendingin. Bakteri L. monocytogenes juga membentuk biofilm, yakni terbentuknya lapisan lendir pada permukaan makanan.
Epidemiologi Bakteri Listeria
Listeria monocytogenes adalah suatu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi serius dan fatal pada bayi, anak-anak, orang sakit dan lanjut usia, serta orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Orang sehat juga dapat terinfeksi bakteri Listeria, dengan gejala jangka pendek yang muncul seperti demam tinggi, sakit kepala parah, pegal, mual, sakit perut dan diare. Listeriosis merupakan nama penyakit yang disebabkan oleh bakteri L. monocytogenes.
Infeksi Listeria dapat menyebabkan keguguran pada perempuan hamil, ujar dr. Subuh.
L. monocytogenes merupakan salah satu penyebab penyakit yang serius dengan tingkat kematian sekitar 20-30 persen. Tingkat kematian di antara bayi yang baru lahir yang terinfeksi L. monocytogenes adalah 25-50 persen.
Di Spanyol, kasus listeriosis pada manusia jarang terjadi, sekitar 1 kasus per 100.000 penduduk. Tahun 1981 di Kanada, pernah terjadi wabah listeriosis yang menyebabkan kematian beberapa domba akibat memakan kubis yang terkontaminasi L. monocytogenes. Dua tahun kemudian, lebih kurang 14 orang meninggal dunia dari sejumlah 49 orang yang dirawat di rumah sakit di Massachusetts dengan gejala klinis berupa septikemia dan meningitis karena mengkonsumsi susu pasteurisasi yang terkontaminasi. Tahun 1985, terjadi wabah listeriosis di Los Angeles dan California. Dilaporkan sejumlah 29 orang meninggal akibat mengkonsumsi keju yang terkontaminasi. Selanjutnya, antara tahun 1991-2002 di Eropa juga pernah dilaporkan 19 kasus listeriosis invasif. Kasus Listeriosis juga dilaporkan 9 negara lainnya dengan total wabah listeriosis sebanyak 526 kasus. Sejak tahun 1998, Perancis telah mengembangkan sistem untuk melaksanakan kegiatan monitoring listeriosis pada manusia dan dilakukan investigasi pada sumber foodborne listeriosis.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan bahwa telah terjadi sekitar 1600 kasus dengan 260 kematian karena listeriosis setiap tahunnya di Amerika Serikat. Data tahun 2013 menyebutkan bahwa rata-rata kejadian listeriosis di Amerika Serikat setiap tahunnya adalah 0,26 kasus per 100.000 penduduk. Trend kejadian listeriosis dibandingkan dengan 1996-1998, kejadian listeriosis telah menurun sekitar 42% tahun 2012. Wabah listeriosis terbesar dalam sejarah AS terjadi pada tahun 2011, ketika terjadi 147 penyakit, 33 kematian, dan 1 keguguran pada penduduk di 28 negara bagian yang mana wabah dikaitkan dengan konsumsi blewah dari sebuah pertanian.
Gejala Listeriosis
Gejala Listeriosis dapat muncul kapan saja antara 3-70 hari pasca infeksi bakteri Listeria, rata-rata biasanya sekitar 21 hari. Gejala umumnya, yaitu demam, nyeri otot, disertai mual atau diare (kurang umum). Jika infeksi menyebar ke sistem saraf pusat (SSP), gejala dapat mencakup sakit kepala, kaku pada leher, bingung, kehilangan keseimbangan, dan terkadang mengalami kejang.
Bagi mereka yang memiliki sistem kekebalan yang lemah, bakteri Listeria dapat menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan meningitis atau infeksi otak, tutur dr. Subuh.
Pada wanita hamil yang terinfeksi, muncul gejala seperti flu ringan. Namun, infeksi selama kehamilan dapat menyebabkan keguguran, infeksi pada bayi yang baru lahir, atau bayi lahir mati. Gejala juga biasanya muncul pada bayi baru lahir di minggu pertama kehidupan, tetapi juga dapat terjadi di kemudian hari. Gejala pada bayi baru lahir sering tidak terlihat, namun dapat berupa tanda seperti lekas marah, demam, dan tidak mau makan.
Sumber Penularan
Sumber penularan L. monocytogenes dapat terjadi pada beberapa aspek mulai dari pemilihan makanan, pengolahan, hingga penyajian. Pada pemilihan makanan penularan biasanya terjadi pada produk seperti susu mentah, susu yang proses pasteurisasinya kurang benar, keju (terutama jenis keju yang dimatangkan secara lunak), es krim, sayuran mentah, sosis dari daging mentah yang difermentasi, daging unggas mentah dan yang sudah dimasak, semua jenis daging mentah, dan ikan mentah atau ikan asap. Pada saat pengolahan makanan, juga dapat terjadi penularan jika menggunakan alat masak yang telah terkontaminasi L. monocytogenes
Enterococci termasuk genus bakteri gram positif dan
merupakan bakteri yang tidak membentuk spora. Dimana enterococci sebelumnya
dikenal sebagai grup D streptococci. Terdapat 20 spesies Enterococcus telah
dijelaskan, namun spesies yang paling umum terkait dengan makanan dan penyakit
manusia yaitu Enterococcus faecium dan Enterococcus faecalis. Enterococci
merupakan agen penyebab sejumlah infeksi yang tidak disebabkan oleh makanan,
seperti bakteremia dan endokarditis.
Enterococci dapat tumbuh pada rentang pertumbuhan yang
luas. Beberapa strain dapat tumbuh pada suhu serendah 10C dan dapat
mencapai 500C. Namun suhu optimal untuk sebagian besar strain yaitu
370C. Enterococci dapat
bertahan selama proses pembekuan dan dilaporkan dapat bertahan hidup pada
penyimpanan dengan suhu -700C selama beberapa tahun. Pertumbuhan
dapat terjadi pada rentang pH 4,4-10,6.
Aw minimum yang digunakan untuk pertumbuhan tergantung pada
zat terlarutnya. Misalnya E. faecalis dilaporkan dapat tumbuh pada Aw
0,93.
Enterococci umumnya mampu mentoleransi konsentrasi garam
10%. Dan merupakan organisme yang
resisten terhadap pengeringan dan sangat gigih dalam lingkungan. E. faecalis
dan E. faecium dilaporkan dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu di permukaan lingkungan, yaitu dalam tanah
mencapai 77 hari dan keju hingga mencapat 180 hari. Namun ada kelemahan yang
dimiliki oleh Enterococci tidak terlalu tahan terhadap sanitisers (termasuk
natrium hipoklorit) atau pengawet.
Enterococci tahan panas dan relatif mampu bertahan pada
proses pasteurisasi. Dan dengan informasi ini semakin memperjelas beberapa
kasus yang ada yaitu Enterococci banyak terlibat pada pembusukan beberapa
makanan yang menggunakan panas dalam olahannya, seperti susu pasteurisasi dan
dimasak daging. E. faecium (700Cà 1,4-3,4 min)
lebih tahan panas dari E.faecalis (700Cà 0,02-0,6 min).
·
SUMBER KONTAMINAN
Spesies Enterococcus ditemukan dalam usus kebanyakan
hewan, termasuk manusia. Dimana diekskresikan dalam kotoran hewan yang mengarah
ke kontaminasi lingkungan. E. faecalis adalah spesies yang ditemukan paling
sering pada kotoran manusia (105-107 sel / g feses) sedangkan E. faecium adalah
spesies yang paling umum ditemukan dalam kotoran ternak. Peralatan susu
pengolahan dapat terkontaminasi dengan enterococci dan survei telah sering
diisolasi mereka dari babi, unggas dan bangkai sapi. Meskipun berhubungan
dengan kotoran, kehadiran enterococci dalam makanan tidak selalu terkait dengan
kontaminasi tinja langsung. Karena pencemaran lingkungan, yang enterococci juga
ditemukan di tanah, serangga, air dan bahan tanaman seperti sayuran.
Bakteri Lactobacillus bulgaricus dikenal
pertama kali pada 1905 oleh Stamen Grigorov, seorang dokter asal Bulgaria, saat
menganalisis yoghurt. Pada penelitian tersebut, Grigorov mengidentifikasi
sejenis mikroba yang memakan laktosa dan mengeluarkan asam
laktat. Asam laktat tersebut tidak hanya berperan
mengawetkan susu, tetapi mendegradasi laktosa sehingga susu bisa
dikonsumsi oleh orang yang intoleran terhadap susu
Manfaat
Bakteri Lactobacillus bulgaricus untuk kesehatan manusia
adalah sebagai berikut :
- Meningkatkan kemampuan usus besar menyerap zat mutagenik
dan mencegah kanker.
- Meningkatkan kekebalan tubuh dengan kandungan zat
antitumor.
- Alternatif untuk diet sehat karena memiliki
kandungan gizi sangat tinggi, sedangkan kandungan lemaknya justru rendah.
- Menurunkan risiko infeksi candida pada
penderita diabetes.
- Mencegah osteoporosis.
Lactobacillus
bulgaricus termasuk dalam golongan asam laktat. Bakteri asam laktat sebagai
mikroorganisme yang berperan besar dalam kehidupan manusia memiliki
tiga keunggulan di antaranya:
- Bakteri asam laktat memiliki efisiensi yang
tinggi karena mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan.
- Bakteri asam laktat keberadaannya sangat
melimpah, karena mampu diperoleh dari berbagai sumber yang ada di muka
bumi, seperti makanan, minuman, sayur, maupunbuah.
- Ketersediaan yang sangat mencukupi dan
pengolahaannya yang mudah, membuat bakteri asam laktat memiliki potensi
besar untuk dikembangkan baik dalam industrikecil, menengah maupun
besar.
Escherichia coli,
atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu jenisspesies utama bakterigram
negatif. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini
dapat ditemukan dalam usus besarmanusia. Kebanyakan E. Coli tidak berbahaya, tetapi
beberapa, seperti E. Coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan keracunan
makanan yang serius pada manusia yaitu diare berdarah karena
eksotoksin
yang dihasilkan bernama verotoksin.Toksin ini bekerja
dengan cara menghilangkan satu basa adenin dari unit
28S rRNA, sehingga
menghentikan sintesis protein. Sumber bakteri ini contohnya adalah daging yang
belum masak, seperti daging hamburger yang belum matang.
E. Coli yang tidak
berbahaya dapat menguntungkan manusia dengan memproduksi vitamin K2,
atau dengan mencegah bakteri lain di dalam usus.
E. coli banyak digunakan
dalam teknologi rekayasa genetika. Biasa digunakan sebagai vektor untuk
menyisipkan gen-gen
tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. E. coli dipilih karena
pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya.
Staphylococcus aureus
(S. aureus) adalah bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak
motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter sekitar
0,8-1,0 µm. S. aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37oC
dengan waktu pembelahan 0,47 jam. S.
aureus merupakan mikroflora normal manusia. Bakteri ini
biasanya terdapat pada saluran pernapasan atas dan kulit. Keberadaan S.
aureus pada saluran pernapasan atas dan kulit pada individu jarang
menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya hanya berperan sebagai karier .
Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan menggunakan steroid atau
obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang.
Infeksi S. aureus
diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi, diantaranya bisul, jerawat, pneumonia, meningitis,
dan arthritits. Sebagian besar
penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah, oleh karena itu
bakteri ini disebut piogenik. S. aureus juga menghasilkan katalase, yaitu enzim yang
mengkonversi H2O2 menjadi H2O dan O2,
dan koagulase, enzim yangmenyebabkan
fibrin berkoagulasi
dan menggumpal. Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena penggumpalan
fibrin yang disebabkan oleh enzim ini terakumulasi di sekitar bakteri sehingga
agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat.
S aureus termasuk bakteri osmotoleran, yaitu bakteri yang
dapat hidup di lingkungan yang dengan rentang konsentrasi NaCl sekitar 3 molar.
Habitat alami S. aureus pada manusia
adalah di daerah kulit, hidung,mulut,dan usus besar dimana pada keadaan system
imun normal Saureus tidak bersifat pathogen.
S
aureus memiliki kemampuan amorum sensing menggunakan sinyal oligopeptida untuk
memproduksi toksin dan faktor virulensi.
METODELOGI PENELITIAN
A.
Alat dan Bahan
Alat : Tabung reaksi,
mikro pipet, bluetip, tempat tabung reaksi, incubator, Bunsen.
Bahan : isolate mikroba
dalam nutrient broth (NB) berusia 18-24 jam, nutrient agar (NA) tegak dan cair
dalam tabung reaksi, nutrient broth (NB), nutrient broth (NB) mengandung 7,5
NaCl.
B.
Cara Kerja
a. Pengaruh
suhu inkubasi
1. Inokulasi
1 loop isolate mikroba kedalam 2 tabung berisi NB (5ml)
2. Inokulasi
masing-masing 1 tabung pada suhu refrigator dan suhu kamar selama 2 hari
3. Amati
ada dan tidak nya pertumbuhan, nyatakan dengan tanda
- : tidak ada yang tumbuh
+ : tumbuh tetapi sedikit
++ :
tumbuh agak banyak
+++ : tumbuh banyak
++++ :
tumbuh sangat banyak
b. Pengaruh
kerersediaan udara
1. Inokulasi
1 loop isolate mikroba ke dalam NA cair, biarkan membeku
2. Inkubasikan
pada suhu kamar selama 2 hari.
3. Amati
dimana terjadi pertumbuhan mikroba. Mikroba aerobic akan tumbuh di permukaan
media, mikroba mikroaerofilik akan tumbuh di dekat permukaan media, mikroba
aerobic akan tumbuh di dasar media. Mikroba anaerobic fakultatif akan tumbuh
menyebar di seluruh bagian media.
4. Gambarkan
pada lembar laporan.
c. Pengaruh
kadar garam
1. Inokulasikan
1 loop isolate kedalam tabung reaksi berisi NB 5 ml yang telah di beri 5% NaCl.
2. Inokulasi
pada suhu kamar selama 2 hari.
3. Nyatakan
dalam
- : tidak ada yang tumbuh
+ : tumbuh tetapi sedikit
++ :
tumbuh agak banyak
+++ :
tumbuh banyak
++++ : tumbuh sangat banyak
d. Pengaruh
Ph
1. Ph4NB
yang sudah di tetesi HCl sampai Ph4
2. Ph8
di tetesi NaOH sampai ph8
3. Inkubasikan
pada suhu kamar selama 2 hari
4. Nyatakan
dalam
- : tidak ada yang tumbuh
+ : tumbuh tetapi sedikit
++ : tumbuh agak banyak
+++ : tumbuh banyak
++++ : tumbuh sangat banyak
HASIL PENGAMATAN
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
a. Pengaruh
suhu inkubasi terhadap pertumbuhan mikroba
bakteri
|
suhu inkubasi
|
jumlah koloni
yang tumbuh
|
jenis
mikroorganisme
|
listeria
|
suhu
refrigator
|
+
|
anaerob
|
suhu ruang
|
+
|
anaerob fakultatif
|
|
staphylococcus aureus
|
suhu
refrigator
|
+
|
anaerobik fakultatif
|
suhu ruang
|
++
|
anaerobik
|
|
lactobacillus bulgaricus
|
suhu
refrigator
|
+
|
anaerobik fakultatif
|
suhu ruang
|
++
|
anaerobik fakultatif
|
|
escherichia coli
|
suhu
refrigator
|
-
|
-
|
suhu ruang
|
++
|
aerob fakultatif
|
|
e. faecal
|
suhu
refrigator
|
-
|
-
|
suhu ruang
|
++
|
anaerobik
|
b. Pengaruh
ketersediaan udara terhadap pertumbuhan miktoba
Bakteri listeria
Anaerobic fakultatif
staphylococcus aureus
Anaerobic
fakultatif
lactobacillus bulgaricus
Anaerobic
fakultatif
escherichia coli
aerobik
e. faecal
aerobic
c. pengaruh kadar garam terhadap pertumbuhan mikroba
bakteri
|
kadar garam
|
jumlah mikroba yang tumbuh
|
jenis mikroorganisme
|
listeria
|
5%
|
+
|
anaerob
fakultatif
|
staphylococcus
aureus
|
5%
|
++
|
anaerob
fakultatif
|
lactobacillus
bulgaricus
|
5%
|
+
|
anaerob
fakultatif
|
escherichia
coli
|
5%
|
+
|
anaerob
fakultatif
|
e. faecal
|
5%
|
+
|
anaerobik
|
d. pengaruh ph
terhadap pertumbuhan mikrobia
bakteri
|
ph
|
jumlah
mikroba yang tumbuh
|
jenis
mikroorganisme
|
listeria
|
ph 4
|
+
|
anaerob fakultatif
|
ph 8
|
+
|
anaerob fakultatif
|
|
staphylococcus aureus
|
ph 4
|
+++
|
aaerobik
|
ph 8
|
+
|
anaerobik
|
|
lactobacillus bulgaricus
|
ph 4
|
++
|
anaerob fakultatif
|
ph 8
|
+++
|
anaerob fakultatif
|
|
escherichia coli
|
ph 4
|
-
|
-
|
ph 8
|
+++
|
anaerob fakultatif
|
|
e. faecal
|
ph 4
|
++
|
anaerob fakultatif
|
ph 8
|
+
|
anaerobik
|
B. Pembahasan
Bakteri listeria
merupakan bakteri gram positif yang dapat tumbuh dengan baik di tempat aerob
(dengan adanya oksigen) maupun anaerob(tanpa oksigen) .terdistribusi luas di
lingkungan seperti tanah, air dan pakan ternak yang terbuat dari daun daunan
yang di fermentasi. Bakteri ini tidak membentuk spora dan sangat kuat terhadap
panas, asam, dan garam. Serta tahan terhadap pembekuan sehingga masih dapat berduplikasi
di suhu dingin seperti lemari es pendingin.
Listeria
monocytogenes adalah bakteri gram positif yang bersifat patogen (menyebabkan
penyakit) pada hewan maupun manusia, tidak membentuk spora, dan hidup pada
kondisi anaerob fakultatif (bisa hidup dengan atau tanpa oksigen). Bakteri ini
bersifat psikrotropik mampu bertahan berbulan-bulan pada lingkungan basah,
serta dapat berkompetisi dengan organisme lain khususnya pada suhu kulkas.
Selain itu, bakteri ini lebih tahan panas dibandingkan bakteri patogen
vegetatif. Bakteri Listeria monocytogenes dapat tumbuh optimal pada kondisi
lingkungan antara suhu -2 hingga 50 oC, pH (derajat keasaman) 4,1-9,6 , kadar
garam kurang dari 10%, kandungan oksigen 5-10%, dan aw (aktivitas air)
0,90-0,93
Faktor
– faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus
Pengaruh
lingkungan terhadap pertumbuhan mikroba : panas, konsentrasi ion hydrogen ( pH
), adanya air, oksigen dan cahaya mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme.
Enzim dapat mempercepat reaksi kimiawi.
PH ( Derajat keasaman )
Bakteri pathogen toleransi terhadap asam lebih kecil
-
Minimum : 4.0
-
Optimum : 6.0 – 7.0
-
Maksimum : 9.8 - 10
aW
( Water activity ) / kelembaban
Yaitu banyaknya air dalam pangan yang tersedia untuk digunakan oleh
m.o
-
Minimum : 0.86
-
Maksimum : 0.98
Suhu
/ temperature merupakan faktor fisis yang sangat penting dan
mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
Sehingga perubahan temperatur akan berpengaruh langsung terhadap sistim enzim
bakteri. Pada suhu optimum pertumbuhan bakteri berlangsung dengan cepat. Diluar
kisaran suhu optimum, pertumbuhan bakteri menjadi lambat atau tidak ada
pertumbuhan. Suhu juga dapat mempengaruhi pembentukan pigmen, ini berarti bahwa
pigmen hanya dihasilkan bila diinkubasikan pada suhu tertentu. Bakteri
staphylococcus aureus termasuk mesofil, yaitu mikroorganisme yang tumbuh cepat
pada kisaran suhu 200C - 500C. Kisaran suhu yang
sesuai untuk pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus adalah :
-
Minimum : 7 – 11 0 C, suhu
terendah dimana mikroorganisme masih dapat tumbuh.
-
Optimum : 37 0 C, suhu dimana enzim berfungsi
dengan sempurna / mikroorganisme tumbuh sempurna.
-
Maksimum : 48 0 C, suhu
tertinggi dimana mikroorganisme masih dapat tumbuh.
Lactobacillus
bulgaricus dapat menggunakan suhu inkubasi 430C tapi akan memberikan
hasil yang viskositas tinggi bila di inkubasikan pada temperature lebih panjang
(12-15 jam) hal ini di sebabkan temperature yang rendah akan menyebabkan
pembentukan slime pada produk.
Lactobacillus
bulgaricus antara 30-40°C dengan ph optimal 5,5-6,2 tetapi tumbuh pada ph 5
atau kurang dan laju pertumbuhan berkurang pada ph netral atau alkali
Bakteri
eschericha coli ,temperature adalah salah satu faktor pertumbuhan bakteri suhu
optimum bagi eschericha coli adalah 37°C
mereka bisa tumbuh pada kisaran suhu 7°C - 46°C dan dapat tumbuh pada aktivitas
air maksimum 0,95. Bakteri ini tergolong
fekal bakteri yang tergolong koliform ini bersifat aerob dan aerobic
fakultatif.
Bakteri
enterococcus faecalis mampu mempertahan
kan keseimbangan ph yang merupakan akibat dari penetrasi ion membrane sel dan
juga kapasitas buffer sitoplasma bakteri
E
faecalis memiliki proton yang juga mempertahan kan keseimbangan ph mekanisme
ini di lakukan melalui “pumping” proton ke dalam sel sampai di peroleh ph
internal yang lebih rendah.
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Faktor faktor yang mempengaruhi
mikro organism yaitu:
suhu
mikroba dapat di bedakan menjadi
tiga golongan yaitu golongan psokofil, mesofil dan termofil
ph
jasad di kenal berdasarkan ph yang
ada yaitu:asidofil,neurofil,dan alkalifil
zat kimia
zat kmia yang mengandung logam
berat biasanya mempunyai daya hambat yang lebih baik terhadap pertumbuhan mikroorganisme
oksigen
ada beberapa mikroba yang bisa
tumbuh dengan adanya oksigen dengan tidak adanya oksigen dan dengan ada atau tidak nya oksigen
kadar garam
ada
beberapa mikroorganisme yang tahan terhadap kadar garam dan ada juga
mikroorganisme yang tidak tahan terhadap kadar garam yang tinggi.
B. Saran
B. Saran
Dalam
praktikum seharus nya praktikan lebih menjaga kebersihan tempat, pekerja agar
bakteri tidak membuat praktikan menjadi sakit dan praktikan sebaik nya
menggunakan masker dan sarung tangan yang lengkap, karena masih ada terdapat
praktikan yang tidak menggunakan masker dan sarung tangan yang lengkap, gunanya
untuk menghindari kontaminasi pekerja dengan bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K. A, 2011, Ilmu Pangan, Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta.
Drago
I, Mombelli B, De Vecchi E, Fassina MC, Tocalli L, Gismondo MR. 2002. In vitro antimicrobial activity of propolis
dry extract. J Chemotherapy.
Brooks, Geo F,
dkk .2012. Mikrobiologi Kedokteran .Salemba Medika, Jakarta.
Dwidjoseputro.
2012. Dasar-Dasar Mikrobiologi.
Jakarta: Djambatan.
Dwipayana
dan Ariesyady, H.D. 2011. Identification of
Bacterial Diversity in Waste Recycling Paint Sludge by Conventional
Microbiological Technique. Environmental Enggineering Study Program.
Bandung.
Entijang, Indan .2012 . Mikrobiologi
dan Parasitologi . P.T. Citra Aditya Bakti : Bandung.
Hadioetomo, R.S., 2011, Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium
Mikrobiologi, Gramedia, Jakarta
MS., Djide, M.Natsir Drs, ; Msi. Sartini, Dra,
2012,Mikrobiologi Farmasi Dasar,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Pelczar,
M. J. dan Chan, E. C. S., 2012, “Dasar-dasar
Mikrobiologi 1”, Alih bahasa: Hadioetomo, R. S., Imas, T., Tjitrosomo,
S.S. dan Angka, S. L., UI Press, Jakarta
Pelczar, M. J., Chan, E.C.S. 2011. Elements of Microbiology. Mc Graw
Hill Book Company. New York.
Suharni, Theresia Tri dkk. 2011. Mikrobiologi
Umum. Penerbit Universitas Atma Jaya. Yogyakarta.
Sumarsih, Sri .2003 . Diktat Kuliah
Mikrobiologi Dasar . UPN “Veteran” Yogyakarta : Yogyakarta.
Tim Dosen, 2012, “Penuntun Praktikum Instrumentasi
mikrobiologi Farmasi Dasar”. Laboratorium Mikrobiologi, UNHAS, Makassar.
fghbjknm,,,mgvcxvvvbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
BalasHapus