Selasa, 27 Desember 2016

hygene dan sanitasi ruang pada ruang dan pekerja pengolahan makanan

LAPORAN MIKROBIOLOGI PENGOLAHAN
Acara 1
Hygene dan Sanitasi Ruang dan Pekerja Pengolahan Makanan













Nama : Fitri Ulandari
Nim : 1503035037
KELOMPOK 5 (psedomonas sp)


JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

DAFTAR ISI
Daftarisi......................................................................................................... i
DaftarTabel.................................................................................................... 17
I.          Pendahuluan........................................................................................... 1
A.    LatarBelakang....................................................................................... 1
B.     Tujuan................................................................................................... 4
II.       TinjauanPustaka..................................................................................... 5
III.    MetodelogiPenelitian............................................................................. 10
A.    AlatdanBahan....................................................................................... 10
B.     Cara Kerja............................................................................................. 10
IV.    HasilPengamatandanPembahasan.......................................................... 12
A.    HasilPengamatan.................................................................................. 12
B.     Pembahasan.......................................................................................... 13
V.       Penutup.................................................................................................. 16
A.    Kesimpulan........................................................................................... 16
B.     Saran .................................................................................................... 17
VI.    DaftarPustaka......................................................................................... 18
LAMPIRAN


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan didefinisikan sebagai peningkatan seluruh unsur pokok kimia sel. Hal tersebut merupakan suatu proses yang memerlukan replikasi seluruh struktur, organel, dan komponen protoplasma seluler dengan adanya nutrien dalam lingkungan sekelilingnya. Dalam pertumbuhan bakteri, semua substansi esensial harus tersedia untuk sintesis dan pemeliharaan protoplasma, dengan sumber energi, dan kondisi lingkungan yang sesuai. Sebagai suatu kelompok, bakteri merupakan organisme yang sangat “pintar”. Mereka memperlihatkan kemampuan yang sangat besar dalam menggunakan bahan makanan yang tersebar, menyusun bahan anorganik menjadi senyawa organik yang sangat kompleks. Beberapa spesies juga belajar tumbuh pada berbagai relung ekologik dengan temperatur, keasaman, dan tekanan oksigen yang ekstrim (Wibowo MS, 2012).
Kemampuan bakteri untuk bertahan di bawah keadaan sekitar yang demikian merupakan perlindungan dari adaptabilitas tinggi dan refleks kapasitasnya dalam keberhasilan merespon suatu stimulus yang dianggap asing atau tidak pernah ditemui sebelumnya(Wibowo MS, 2012).
Ada pepatah yang mengatakan “Men Sana In Corpore Sano”, yang artinya dalam tubuh yang sehat, akan terdapat jiwa yang sehat. Akan tetapi masih banyak juga orang yang sakit dan biasanya karena pola hidup mereka sendiri yang kurang baik dan kebiasaan yang kurang baik sehingga dapat melemahkan dan merusak tubuh.
Perihal kesehatan cukup mudah untuk dipahami, akan tetapi masih banyak orang yang sakit karena kurangnya pengetahuan tentang arti kesehatan ataupun karena lalai.

Dalam pelayanan segala kebutuhan yang diperlukan telah siap sedia, seperti pelayanan akomodasi, restoran, bar, fitness center, transportasi, dsb. Semua fasilitas ini tidak hanya menampilkan mutu, citarasa masakan, kenyamanan saja, akan tetapi factor yang sangat penting adalah menyangkut kenyamanan dan kepastian atau jaminan kebersihan untuk kesehatan sesuai tujuan orang menikmati fasilitas tersebut demi kelangsungan hidupnya yaitu “hygiene dan Sanitasi” (kesehatan dan kebersihan). Untuk itu dalam mengelola seluruh fasilitas yang ditawarkan secara professional haruslah sesuai dengan aturan kesehatan yang berlaku, sehingga pengguna jasa mendapatkan kenikmatannya sendiri dengan jaminan kesehatan.
Pada akhirnya terjadilah dalam usaha bisnis hotel, restoran dan catering persaingan dalam kualitas atau mutu pelayanan yang mencakup kebersihan sebagai jaminan kesehatan.


Higiene dan Sanitasi merupakan dua istilah yang berasal dari bahasa inggris yaitu“Hygiene” yang berarti: usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan kegiatannyakepada kesehatan individu, maupun usaha kesehatan pribadi manusia. Sedangkan“Sanittation” yang berarti usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan kegiatannyakepada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia.Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungikebersihan lingkungan dari subyeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabununtuk kebersihan tangan.

Higiene dan Sanitasi mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Higiene dan Sanitasi merupakan usha kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit pada manusia. Usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh kondisi lingkungan kesehatan tersebut, serta membuat kondisi lingkungan yang sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan lingkungan disebut higiene. 

Pengertian higiene menurut Depkes adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu subyeknya. Misalnya mencuci tangan untuk melindungi kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan. Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat menganggu atau memasak kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen
Pengaruh lingkungan terhadap bakteri
Kondisi lingkungan yang mendukung dapat memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu, kelembapan, dan cahaya. Secara umum, terdapat beberapa alat yang dapat digunakan untuk melakukan pengamatan sel bakteri terhadap berbagai parameter tersebut, seperti mikroskop optikal, mikroskop elektron, dan atomic force microscope(AFM).

B. Tujuan
Untuk mengetahui status sanitasi udara pada suatu lingkungan pengolahan dan status hygene pekerja pengolahan makanan.




TINJAUAN PUSTAKA
Menurut FAO (2001) tenaga penjamah makanan (pekerja) adalah setiap orangyang secara langsung menangani makanan baik yang dikemas maupun tidak,menangani peralatan makanan atau yang melakukan kontak langsung dengan permukaan makanan. Sedangkan pengertian sanitasi menurut UU No. 7 tahun 1996merupakanupaya pencegahan terhadap kemungkinan bertumbuh dan berkembangbiaknya.jasad renik pembusuk dan patogen dalam makanan,minuman, peralatan dan bangunan yang dapat merusak pangan dan membahayakan manusia.Sanitasi juga dapat di jabarkan sebagai cara untuk pencegahan pencemaran terhadapmakanan selama kegiatan penanganan, pengolahan, penyimpanan dan distribusi.Sanitasi dilakukan dengan tujuan melindungi kesehatan masyarakat melalui pengurangan atau penghilangan cemaran dalam bahan makanan
(Hariadi dan Dewanti, 2009).

 Sanitasi dan higiene pekerja perlu diperhatikan. Hal ini disebabkan karena pekerja merupakan sumber potensial dalam perpindahan cemaran. Jadi programsanitasi dan higiene pekerja adalah hal yang mutlak.Sanitasi pekerja meliputikesehatan pekerja, kebersihan tubuh pekerja sampai kebersihan semua perlengkapanyang digunakan oleh pekerja (Hariadi danDewanti, 2009). Sanitasi pekerja jugaditetapkan oleh UU no 7, Tahun 1996 yang menyatakan bahwa orang perseoranganyang menangani secara langsung dan atau secara langsung berada dilingkungankegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan dan atau peredaran pangan wajib memenuhi persyaratan sanitasi

Sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor  fisik,kimia, dan mikrobiologis. faktor fisik adalah ruangan yang kurang mendapat pertukaranudara yang kurang lancar, suhu yang panas atau lembab, dan lain-lain. faktor kimia yangmempengaruhi sanitasi dapat disebabkan karena adanya pencemaran gas atau cairan yangmerugikan kesehatan atau adanya partikel partikel yang beracun, obat penyemprot hamapada bahan makanan,  faktor mikrobiologis dapat disebabkan oleh pencemaranbakteri, virus, jamur, dan parasit.
Tiap-tiap makhluk hidup itu keselamatannya sangat tergantung kepada keadaan sekitarnya, terlebih-lebih mikro organisme. Makhlukmakhluk halus ini tidak dapat menguasai faktor-faktor luar sepenuhnya, sehingga hidupnya sama sekali tergantung kepada keadaan sekelilingnya.
Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri ialah dengan menyesuaikan diri (adaptasi) kepada pengaruh faktor-faktor luar. Penyesuaian diri dapat terjadi secara cepat serta bersifat sementara waktu, akan tetapi dapat pula perubahan itu bersifat permanen sehingga mempengaruhi bentuk morfologi serta sifat-sifat fisiologi yang turun menurun. Kehidupan bakteri tidak hanya di pengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Misal, bakteri termogenesis menimbulkan panas di dalam media tempat ia tumbuh. Bakteri dapat pula mengubah pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini di sebut perubahan secara kimia.
Faktor abiotik adalah faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan yang bersifat fisika dan kimia.
Di antara faktor-faktor yang perlu di perhatikan ialah suhu, pH, tekanan osmose, pengeringan, sinar gelombang pendek, tegangan muka dan daya oligodinamik.

1. Suhu
Masing-masing mikrobia memerlukan suhu tertentu untuk hidupnya. Suhu pertumbuhan suatu mikrobia dapat di bedakan dalam suhu minimum, optimum dan maksimum. Berdasarkan atas perbedaan suhu pertumbuhannya dapat di bedakan mikrobia yang psikhrofil, mesofil, dan termofil. Untuk tujuan tertentu suatu mikrobia perlu di tentukan titik kematian termal (thermal death point) dan waktu kematian termal (thermal death time)- nya.
Daya tahan terhadap suhu itu tidak sama bagi tiap-tiap spesies. Ada spesies yang mati setelah mengalami pemanasan beberapa menit di dalam cairan medium pada suhu 60°C, sebaliknya ,bakteri yang membentuk spora seperti genus Bacillus dan Clostridium itu tetap hidup setelah di panasi dengan uap 100°C atau lebih selama kira-kira setengah jam. Untuk sterilisali, maka syaratnya untuk membunuh setiap spesies untuk membunuh setiap spesies bakteri ialah pemanasan selama 15 menit dengan tekanan 15 pound serta suhu 121°C di dalam autoklaf.
Dalam cara menentukan daya tahan panas suatu spesies perlu di perhatikan syarat-syarat sebagai berikut:

1. Berapa tinggi suhu.
2. Berapa lama spesies itu berada di dalam suhu tersebut.
3. Apakah pemanasan bakteri itu di lakukan di dalam keadaan kering ataukah di dalam keadaan basah.
4. Beberapa pH dari medium tempat bakteri itu di panasi.

2.  pH

Mikrobia dapat tumbuh baik pada daerah pH tertentu, misalnya untuk bakteri pada pH 6,5 – 7,5; khamir pada pH 4,0 – 4,5 sedangkan jamur dan aktinomisetes pada daerah pH yang luas. Setiap mikrobia mempunyai pH minimum, optimum dan maksimum untuk pertumbuhanya. Berdasarkan atas perbedaan daerah pH untuk pertumbuhanya dapat dibedakan mikrobia yang asidofil, mesofil (neutrofil) dan alkalofil. Untuk menahan perubahan dalam medium sering ditambahkan larutan bufer. pH optimum pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri antara 6,5 dan 7,5. Namun beberapa spesies dapat tumbuh dalam keaadaan sangat masam atau sangat alkalin, bila bakteri di kuitivasi di dalam suatu medium yang mula-mula disesuaikan pHnya misal 7 maka mungkin pH ini akan berubah sebagai akibat adanya senyawasenyawa asam atau basa yang dihasilkan selama pertumbuhannya. Pergesaran pH ini dapat sedemikian besar sehingga mengahambat pertumbuhan seterusnya organisme itu. Pergeseran pH dapat dapat dicegah dengan menggunakan larutan penyangga dalam medium, larutan penyangga adalah senyawa atau pasangan senyawa yang dapat menahan perubahan pH.. Sifat-sifat lain dari medium tempat bakteri itu di panasi.

 3. Kelembaban
Mikroorganisme mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi diatas 85°C, sedangkan untuk jamur dan aktinomises diperlukan kelembaban yang rendah dibawah 80°C. Kadar air bebas didalam lautan (aw) merupakan nilai perbandingan antara tekanan uap air larutan dengan tekanan uap air murni, atau 1/100 dari kelembaban relatif. Nilai aw untuk bakteri pada umumnyaterletak diantara 0,90 – 0,999 sedangkan untuk bakteri halofilik mendekati 0,75
 4. Tekanan osmosis
Pada umumnya mikrobia terhambat pertumbuhannya di dalam larutan yang hipertonis. Karena sel-sel mikrobia dapat mengalami plasmolisa. Didalam larutan yang hipotonis sel mengalami plasmoptisa yang dapat di ikuti pecahnya sel. Beberapa mikrobia dapat menyesuaikan diri terhadap tekanan osmose yang tinggi; tergantung pada larutanya dapat dibedakan jasad osmofil dan halofil atau halodurik. Medium yang paling cocok bagi kehidupan bakteri ialah medium yang isotonik terhadap isi sel bakteri.
5. Senyawa toksik
Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au, Zn, Li, dan Pb. Walaupun pada kadar sangat rendah akan bersifat toksis terhadap mikroorganisme karena ion-ion logam berat dapat bereaksi dengan gugusan senyawa sel.
6. Tegangan Muka
Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaannya akan menyerupai membran yang elastis, sehingga dapat mempengaruhi kehidupan mikroorganisme. Protoplasma mikroorganisme terdapat didalam sel yang dilindungi dinding sel.
7. Tekanan Hodrostatik dan Mekanik
Beberapa jenis mikroorganisme dapat hidup didalam samudra pasifik dengan tekanan lebih dari 1208 kg tiap cm persegi, dan kelompok ini disebut barofilik.
8. Kebasahan dan kekeringan
Bakteri sebenarnya mahluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat hidup di dalam air. Hanya di dalam air yang tertutup mereka tak dapat hidup subur; hal ini di sebabkan karena kurangnya udara bagi mereka.
 9. Sinar gelombang pendek
Sinar-sinar yang mempunyai panjang gelombang pendek (misalnya sinar, sinar Ultra violet, sinar gama), mempunyai daya penetrasi yang cukup besar terhadap mikrobia.
10. Daya oligodinamik
Ion-ion logam berat seperti Hg++ , Cu++ , Ag++ dan Pb++ pada kadar yang sangat rendah bersifat toksis terhadap mikrobia. Karena ion-ion tersebut dapat bereaksi dengan bagian-bagian penting dalam sel
.
11. Desinfektan
Pada umumnya bakteri muda itu kurang daya-tahannya terhadap desinfektan daripada bakteri yang tua. Pekat encernya konsentrasi, lama berada dibawah pengaruh desinfektan, merupakan faktor-faktor yang masuk pertimbangan pula. Kenaikan suhu menambah daya desinfektan.

METODE PENELITIAN
A.    Alat dan Bahan
Alat : Cawan petri steril
Bahan : Media NA dalam cawan perti steril
Aquades
Sabun cuci biasa
Sabun cuci antiseptic

B.     Cara kerja
a.    Hygene dan Sanitasi Ruang Pengolahan Makanan
1.      Cawan petri berisi NA diletakkan terpisah di laboratorium, toilet, dan koridor kemudian dibiarkan terbuka selama 15 menit (dilakukan duplo)
2.      Setelah cawan di tutup, inkubasikan pada suhu 30°C  selama 2 hari.
3.      Hitung jumlah koloni yang tumbuh, nyatakan dalam densitas mikroba per jam per cm2

Densitas/jam/cm2

b.Hygene  dan Sanitasi  Pekerja Pengolahan Makanan
1.      Pada uji hygene pekerja akan di lihat status kebersihan tangan : sebelum di cuci, di cuci dengan sabun biasa dan di cuci dengan sabun antiseptic.
2.      Salah satu praktikan menempelkan 3 jari tangan pada permukaan media selama 4 detik, setelah cawan di tutup.
3.      Kemudian tangan di cuci sesuai perlakuan dan di biarkan mongering. Ulangi menempelkan 3 jari selama 4 detik
4.      Inkubasikan cawan pada suhu 30°C  selama 2 hari
5.      Amati koloni yang tumbuh, nyatakan secara kuantitatif dalam :
-                 : tidak ada yang tumbuh
+                : tumbuh tetapi sedikit
++              : tumbuh agak banyak
+++           : tumbuh banyak
++++         : tumbuh sangat banyak

HASIL PENGAMATAN DAN PENELITIAN
A.    Hasil Pengamatan
Table 1 densitas mikroba pada ruangan
ruang
jumlah koloni yang tumbuh
luas cawan
densitas mikroba
cawan 1
cawan 2
toilet
1,7
132
14,44 cm
34,49
lab
53
379
14,44 cm
59,83
koridor
130
100
14,44 cm
31,86

Table 2 status kebersihan tangan pekerja pengolahan makanan
perlakuan
pertumbuhan mikroba
pekerja 1
sebelum di cuci
+++
di cuci tanpa sabun
+
di cuci dengan sabun biasa
++++
di cuci dengan sabun antiseptic
++

Keterangan : Sebelum di cuci                               : 126 koloni
Di cuci tanpa sabun                        : 79 koloni
Di cuci dengan sabun biasa            : 130 koloni
Di cuci dengan sabun antiseptic     : 115 koloni


B.     Pembahasan
Daya tahan terhadap suhu itu tidak sama bagi tiap-tiap spesies. Ada spesies yang mati setelah mengalami pemanasan beberapa menit di dalam cairan medium pada suhu 60°C, sebaliknya ,bakteri yang membentuk spora seperti genus Bacillus dan Clostridium itu tetap hidup setelah di panasi dengan uap 100°C atau lebih selama kira-kira setengah jam.
pH optimum pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri antara 6,5 dan 7,5. Namun beberapa spesies dapat tumbuh dalam keaadaan sangat masam atau sangat alkalin, bila bakteri di kuitivasi di dalam suatu medium yang mula-mula disesuaikan pHnya misal 7 maka mungkin pH ini akan berubah sebagai akibat adanya senyawasenyawa asam atau basa yang dihasilkan selama pertumbuhannya.
Nilai aw untuk bakteri pada umumnya terletak diantara 0,90 – 0,999 sedangkan untuk bakteri halofilik mendekati 0,75. Banyak mikroorganisme yang tahanhidup didalam keadaan kering untuk waktu yang lama seperti dalam bentuk spora, konidia, arthrospora, klamidospora dan kista.
 Beberapa mikrobia dapat menyesuaikan diri terhadap tekanan osmose yang tinggi; tergantung pada larutanya dapat dibedakan jasad osmofil dan halofil `atau halodurik.
Bakteri sebenarnya mahluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat hidup di dalam air. Hanya di dalam air yang tertutup mereka tak dapat hidup subur; hal ini di sebabkan karena kurangnya udara bagi mereka.
Demikian juga permukaan cairan yang menyelubungi sel mikrobia. Tekanan dari membran cairan ini di teruskan ke dalam protoplasma sel melalui dinding sel dan membran sitoplasma, Sehingga dapat mempengaruhi kehidupan mikrobia. Kebanyakan bakteri lebih menyukai tegangan muka yang relatif tinggi. Tetapi adapula yang hidup pada tegangan muka yang relatif rendah.
·                     Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0°– 30 °C, dengan suhu optimum 15 °C.
·                     Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 15° – 55 °C, dengan suhu optimum 25° – 40 °C.
·                     Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara 40° – 75 °C, dengan suhu optimum 50 - 65 °C
·                     Bakteri hipertermofil, yaitu bakteri yang hidup pada kisaran suhu 65 - 114 °C, dengan suhu optimum 88 °C.
Karena apabila bakteri tersebut berada pada suatu lingkungan yang sama bagaimana kita mengatasinya atau menghilangkan.  Sebab bakteri berkembang biak diantara suhu  0°– 114 °C, Apabila udara tersebut kita panaskan sampai dengan 200°C, tentu akan menbutuhkan pemanas yang besar menyesuaikan udara yang disirkulasikan. Semakin pertukaran udara yang tinggi disirkulasi akan semakin besar penggunaan pemanas.
Temperatur optimal biasanya mencerminkan lingkungan normal mikroorganisme. Jadi, bakteri patogen pada manusia biasanya tumbuh baik pada temperatur 37°C.
Suhu di mana suatu makanan disimpan sangat besar pengaruhnya terhadap jenis jasad renik yang dapat tumbuh serta kecepatan pertumbuhannya. Beberapa ketentuan mengenai pengaruh suhu terhadap kecepatan pertumbuhan sel, yaitu;
1.      Pertumbuhan jasad renik terjadi pada suhu dengan kisaran kira-kira 30°C.
2.      Kecepatan pertumbuhan jasad renik meningkat lambat dengan naiknya suhu sampai mencapai kecepatan pertumbuhan maksimum.
Setiap bakteri memiliki temperatur optimal dimana mereka dapat tumbuh sangat cepat dan memiliki rentang temperatur dimana mereka dapat tumbuh. Pembelahan sel sangat sensitif terhadap efek kerusakan yang disebabkan temperatur; betuk yang besar dan aneh dapat diamati pada pertumbuhan kultur pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur yang mendukung tingkat pertumbuhan yang sangat cepat
Sel jasad renik memerlukan air untuk hidup dan berkembang biak. Oleh karena itu, pertumbuhan jasad renik di dalam suatu makanan sangat di pengaruhi oleh jumlah air yang tersedia. Selain merupakan bagian terbesar dari komponen sel (70-80%), air juga di butuhkan sebagai reaktan dalam berbagai reaksi biokimia
Kebutuhan oksigen pada bakteri tertentu mencerminkan mekanisme yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Berdasarkan kebutuhan oksigen tersebut, bakteri dapat dipisahkan menjadi lima kelompok
Bakteri anaerobik atau di sebut anaerob adalah kolompok bakteri yang tidak dapat tumbuh dengan adanya oksigen. Bakteri anaerobik yang bersifat aerotoleran dapat tumbuh dengan baik pada permukaan yang mempunyai tekanan oksigen rendah. Tetapi bakteri yang bersifat anaerobik obligan dapat seera mati jika terkena oksigen 
Pada anaerob toleran dan obligat, metabolismenya bersifat fermentatif kuat. Pada anaerob fakultatif, cara metabolisme respirasi dilakukan jika tersedia oksigen, tetapi tidak terjadi fermentasi. Pada saat bakteri tumbuh dalam keadaan terdapat udara, terjadi sejumlah reaksi enzimatik dan mengakibatkan produksi hidrogen peroksida dan radikal superoksida
Pada saar bakteri ini tumbuh pada medium dengan osmolaritas rendah maka membran sitoplasma yang sedikit kaku akan mengembang paling tidak dapat mencegah perubahan osmolaritas daerah periplasma, sama dengan pada sitoplasma.Pada sel yang tumbuh dalam medium dengan osmolaritas rendah, MDO merupakan sumber utama anion terfiksasi pada daerah periplasma dan berperan memelihara tekanan osmotik tinggi dan potensial membran Donnan pada bagian periplasma. Struktur oligosakarida ini sangat layak untuk peran pengaturan tersebut. 
PENUTUP

A.    Kesimpulan

 Kesimpulan dari praktikum uji hygene dan sanitasi ruang dan pekerja pengolahan makanan ini adalah  :

1.Jadi dalam hal ini sanitasi ditujukan kepada lingkungannya, sedangkan hygiene ditujukankepada orangnya.

2. Sanitasi : Usaha kesehatan prevenif yang menitikberatkan kegiatan kepada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia.
3. Hygiene : Usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan kegiatannya kepada usaha kesehatan individu, maupun usaha kesehatan pribadi hidup manusia.
4. Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungikebersihan lingkungan dari subyeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabununtuk kebersihan tangan, mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuangbagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan dansebagainya.Prinsip hygiene perorangan atau disebut juga dengan kebersihan diri, dalampenerapannya seperti mengetahui sumber cemaran dari tubuh, dan perlakuan-perlakuanyang perlu dikerjakan untuk mecegah pencemaran.Sanitasi makanan adalah suatu usaha pencegahan menekankan pada tindakan yangperlu dilakukan dalam rangka membebaskan makanan dan minuman dari semua bahayayang dapat mengganggu kesehatan.
5. Tangan merupakan sumber kontaminasi mikroba yang dapat mencemari makanan.
6. Untuk mengetahui jumlah mikroorganisme yang terdapat pada tangan pekerja dapat dilakukan dengan cara menumbuhkan sampel yang mengandung mikroorganisme pada beberapa cawan agar.
7. Jenis mikroorganisme yang biasanya dapat tumbuh dan diamati pada cawan agar adalah bakteri, kapang, khamir, Staphylococcus, dan jenis bakteri koliform (koliform fekal dan koliform non fekal).
8.  Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan produk susu.
9.  Penyimpangan pada kegiatan praktikum kali ini dapat disebabkan karena kesalahan saat menghitung jumlah mikroba (tidak teliti saat menghitung), kesalahan saat mengidentifikasi jenis-jenis mikroba, pengambilan sampel yang tidak menggunakan pinset, teknik praktikan yang kurang aseptis sehingga banyak terjadi kontaminasi dari luar, penggunaan peralatan yang kurang bersih dan steril, perlakuan praktikan saat praktikum dan sebelum menginkubasikan mikroba (perlakuan pra proses).




B.     Saran

Setiap praktikan harus menjaga kesehatan nya selama praktikum dengan cara tidak banyak berbicara di dalam laboratorium karena terdapat banyak bakteri di dalam laboratorium.

Setiap praktikan harus mengerjakan praktikum dengan sungguh sungguh agar tidak terjadi kesalahan di dalam praktikum dan mematuhi peraturan yang ada.

Setiap praktikan harus patuh terhadap apa yang di jelaskan oleh peraturan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Damayanti.evy, lilik.N,2011. Aspek sanitasi dan hygiene diasrama tingkat persiapan bersama institute pertanian bogor. IPB. jurnal gizi dan pangan.

Fardiaz, S. 2012. Mikrobiologi Pangan jilid 1.PT.Gramedia pustaka utama, jakarta.
Fardiaz, S. 2012. Analisis Mikrobiologi Pangan. Raja grafindo persada. Jakarta. 
Nuriana, I. 2014. Sanitasi Pekerja. http://www.aca demia.edu  /9272991/SAN ITASI _PEK ERJA, diakses pada tanggal 10November2016.

Pramesti, N., Nasir, W.S., Rahmi, Y. 2013. ANALISIS PERSYARATAN DASAR DAN KONSEP HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) DENGAN REKOMENDASI PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS. Jurnal Rekayasa, 3 (1) Hal 160-167. Diakses pada tanggal 10November 2016.

Wibowo MS, 2012. Pertumbuhan dan kontrol bakteri. Jurnal-Pertumbuhan-bakteri-c070205.PDF.
Yaniansah, A. 2014. Uji Sanitasi Udara dan Ruangan dan Uji Sanitasi Pekerja    


Tidak ada komentar:

Posting Komentar