LAPORAN
PRAKTIKUM
SIFAT FISIK HASIL PERTANIAN
Acara
4
Sifat Fungsional Tepung
Nama
: Fitri Ulandari
Nim
: 1503035037
JURUSAN
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
MULAWARMAN
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................ i
A. Pendahuluan ............................................................................................ 1
B. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 4
C. Tujuan Percobaan ..................................................................................... 7
D. Bahan dan Alat ........................................................................................ 8
E. Cara Kerja ................................................................................................ 9
F. Hasil Pengamatan ..................................................................................... 10
G. Pembahasan ............................................................................................. 12
H. Kesimpulan .............................................................................................. 14
I. Daftar Pustaka ........................................................................................... 15
LAMPIRAN ................................................................................................. 16
A.
PENDAHULUAN
Tepung adalah partikel padat yang berbentuk butira halus
tergantung proses penggilingannya. Biasanya digunakan untuk keperluan
penelitian, rumah tangga dan bahan baku industri.
Tepung bisa berasal dari bahan nabati misalnya tepung
terigu dari gandum, tapioka dari singkong. Maizena dari jagung atau hewani,
misalnya tepung tulang dan tepung ikan.
Jenis
tepung
Terigu adalah tepung / bubuk halus yang berasal dari
gandum, dan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan mie, kue, roti dan pasta.
Kata
terigu dalam bahasa indonesia diserap dari bahasa portugis trigu yang berarti
gandum. Tepung terigu roti mengandung protein dalam menentukan kekenyalan makan
yang terbuat dari bahan terigu.
Gandum pertama kali ditemukan didaerah timur tengah
sebelum tahun 9600 SM dan dalam sejarah merupakan satu biji-bijian pertama yang
ditanam oleh manusia secara besar-besaran. Sejalan dengan pertembuhan dan
penyebaran populasi manusia, demikian juga gandum sebagai makanan pokok juga
ikut menyebar keseluruh dunia. Hal itulah yang kemudian memunculkan beragam
varietas dan jenis gandum yang sudah ada saat ini.
Saat ini makanan berbasis terigu telah menjadi makanan
pokok dibanyak negara, bahkan di Indonesia dapat dijumpai beragam makanan yang
terbuat dari terigu. Kandungan gizi yang tinggi, pengolahan yang mudah dan
praktis, ketersediaan yang cukup serta harga relatif terjangkau, menjadikan
makanan berbasis terigu merambah cepat ke berbagai negara.
Selain banyak mengandung banyak karbohidrat, terigu juga
mengandung protein dalam bentuk gluten. Kandungan glueten ini yang membedakan
antara terigu dengan tepung lainnya.
Gluten adalah suatu senyawa pada terigu yang bersifat
kenyal dan elastif yang berperan dalam menentukan kualialitas suatu makanan
yang dihasilkannya. Semakin tinggi gluten, semakin tinggi kadar protein dalam
terigu tersebut. Kadar gluten dalam terigu, sangat tergantung dari jenis
gandumnya.
Agar kualitas makanan
maksimal, hal yang harus diperhatikan adalah ketepatan dalam memilih
jenis terigu. Terigu berprotein tinggi (125- 14%) tepat untuk pembuatan roti
dan mie. Terigu dengan protein sedang (10,5% -11,5%) cocok untuk membuat aneka
makanan yang renyah seperti gorengan, biskuit, cookies, wafel dan cake
menggunakan terigu berprotein rendah.
Kualitas terigu dipengaruhi oleh moisture (kadar air) ash
(kadar abu) dan beberapa parameter fisik lainnya seperti water, absorptoin,
development, time, stability, dan lain-lin.
Moisture menunjukan kadar air dalam terigu bila jumlah
moisture melebihi standar meksimum maka dapat menurunkan daya simpan terigu,
karena akan semakin cepat rusak, berjamur dan bau apek.kadar abu pada terigu
mempengaruhi proses dan hasil akhir produk antara lain warna produk (warna
crumb pada roti, warna mie) dan tingkat kestabilan adonan.
Bahan pangan di Indonesia sangatlah beragam dan
sangat apabialla musim panen telah tiba. sehingga terkadang banyak bahan pangan
yang tidak baik penanganannya, tidak digunakan bahkan rusak. Dengan begini
bahan-bahan tersebutuntuk memperpanjang masa simpan bisa diolah menjadi produk
setengah jadi, yang dapat bertahan lama, seperti pembuatan produk tepung.
Tepung
merupakan salah satu bentuk alternatif produk setengah jadi yang dianjurkan.
karena
lebih tahan disimpan, mudah dicampur (dibuat komposit), diperkaya zat gizi
(difortifikasi),dibentuk dan lebih cepat dimasak sesuai tuntutan kehidupan
modern sekarang ini yang serba praktis.
Itu
merupaka sifat bahan pangan yang telah didiversifikas, dengan begini banyak hal
yang dapat dilakukanterhadap bahan pangan.
Sehingga kita bisa berkreasi
berinovasi membuat hal (bahan) produk yang lebih bermacam-macam.tidak hanya
membuat satu jenis produk hasil pertanian.
Bentuk
tepung merupakan produk antara yang fleksibel, mempunyai daya simpan yang lebih
baik.
Serta mudah dalam pendistribusian
dan pengankutan. Secara garis besar bahan pangan yang dapat diolah menjadi
tepung dapat dikelompokan menjadi dua yaitu : bahan pangan yang mudah menjadi
cokelat, dan bahan pangan yang tidak mudah menjadi pencokelatan.
Sifat
fungsional merupakan sifat fisikokimia yang mempengaruhi perilaku komponen
tersebut dalam bahan pangan selama persiapan.
B.
TINJAUAN PUSTAKA
Water absorption adalah kemampuan terigu untuk menyerap
air. Kemampuan daya serap air pada terigu akan berkurang bila kadar air
(moisture) terlalu tinggi atau tempat penyebab penyimpanan lemban.
Kebutuhan water absorption sangat bergantung pada produk
yang dihasilkan. Daalam pembuatan roti umumnya diperlukan water absurption yang
lebih tinggi dari pada pembuatan mie dan biskuit.
Developing time adalah waktu yang diperlukan adonan untuk
mencapai keadaan kalis pada saat diaduk. Bila waktu pengadukan kurang disebut
under mixing yang berakibat voluem roti melebar/datar, tori kurang mengembang,
serat/remah roti, kasar, warna kulit roti pucat, permukaan troti mengecil,
permukaan kulit roti banyak gelembung dan roti tidak kenyal.
Sifat fungsional dan sifat penyerapan pada tepung
merupakan sifat fisikokimia yang mempengaruhi prilaku komponen tersebut selama
persiapan, pengolahan, penyimpanan dan konsumsi. Sifat fungsional yang diamati
kapasitas penyerapan air.
Kapasitas penyerapan air digunakan untuk mengukur
besarnya kemampuan tepung untuk menyerap air dan ditentukan dengan cara
sentrifungsi. Kapasitas penyerapan air berkaitan dengan komposisi granula dan
sifat fisik pati setelah ditambahkan dengan sejumlah air. Menurut Elliason
(2011)
Granula pati dapat basah dan secara spontan terdispersi
dalam air. Air yang terserap disebebkan oleh absorbsi oleh granula yang terikat
secara fisik maupun intermolekul pada bagian amorphous. Kapasitas penyerapan
air menentukan jumlah air yang tersedia untuk proses gelatinisasi Pati selama
pemasakan. Bila jumlah air kurang maka pembentukan gel tidak dapat mencapai
kondisi optimum. Dengan demikian kemampuan hidrasi yang rendah kurang cocok
untuk produk olahan yang membutuhkan tingkat gelatinasasi yang tinggi.
Kapasitas penyerapan air juga mempengaruhi kemudahan dalam menghomogenkan
adonan Tepung ketika dicampur dengan air. Tingkat homogenitas adonan akan
berpengaruh terhadap kualitas hasil pengukusan adonan yang homogen dicampur kan
akan mengalami gelatinasi yang merata.
Air dan minyak selamanya tidak akan menyatu jika kita
hendak menyatukan keduanya, maka dalam sekejap keduanya akan memisah kembali. Hal
ini terjadi karena adanya perbedaan tingkat polaritas di antara dua zat
tersebut. Air yang merupakan molekul yang memiliki gugusan nonpolar sedangkan
minyak merupakan gas yang memiliki gugus polar. Perbedaan ini menyebabkan
keduanya tidak bisa menyatu karena gugus polar hanya bisa bersatu dengan gugus
polar dan gugus nonpolar hanya bisa bersatu dengan dengan gugus nonpolar.
Makanan atau minuman olahan yang terdiri dari lemak atau
minyak dan air secara bersamaan maka di dalamnya pasti ada bahan pengemulsi. Sebab
jika tidak ditambahkan bahan tersebut maka akan terjadi pemisahan antara
keduanya .
Emulsi adalah suatu sistem yang
terdiri dari dua fase cairan yang tidak saling melarut dimana salah satu cairan
terdispersi dalam bentuk globula globula di dalam cairan lainnya cairan yang
terpisah menjadi globula globula dinamakan fase terdispersi minyak adalah
istilah umum untuk semua cairan organik yang tidak larut atau bercampur dengan
air tetapi larut dalam pelarut organik
minyak adalah salah satu cara termasuk dalam golongan
lipid yaitu senyawa organik yang terdapat di dalam serat tidak larut dalam air
tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar minyak merupakan senyawa
trigliserida atau Trias gliserol yang berarti triester dari Lies roll jadi
minyak juga merupakan senyawa Ester hasil hidrolisis dari minyak adalah asam
karboksilat dan gliserol asam karboksilat juga disebut asam lemak yang
mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang emulsi merupakan
suatu campuran yang tidak stabil dari dua cairan yang pada dasarnya tidak
saling bercampur seperti yang telah kita ketahui minyak dan air tidak dapat
larut
Namun apabila minyak dan air dikocok dengan keras maka
akan berbentuk emulsi emulsi yang berbentuk dari minyak dan air ini tidak
stabil hingga apabila dibiarkan dalam beberapa waktu akan terjadi pemisahan
antara minyak dan air untuk menstabilkan emulsi yang terbentuk diperlukan suatu
zat pengemulsi atau yang biasa disebut emulsifier atau emulgator beberapa contoh
zat pengemulsi antara lain gelatin pektin stearyl alcohol bentonit dan zat
surfaktan zat pengemulsi ini strukturnya bersifat amfifilik karena memiliki
molekul-molekul yang terdiri dari bagian hidrofobik dan hidrofilik
dalam emulsi terdapat fase terdispersi yang dianggap
sebagai fase dalam medium dispersi yang disebut sebagai fase luar emulsi yang
mempunyai minyak fase dalam dan air sebagai fase luar disebut emulsi minyak dan
air dan ditulis emulsi Demikian juga sebaliknya fase diluar dari suatu emulsi
bersifat kontinyu suatu emulsi minyak dalam air diencerkan atau ditambahkan air
atau suatu barat dalam air.
Tepung
adalah bentuk hasil pengolahan bahan dengan cara pengilingan atau penepungan. Tepung memiliki kadar air yang rendah, hal tersebut berpengaruh terhadap keawetan tepung. Jumlah
air yang terkandung
dalam tepung
dipengaruhi oleh beberapa fak tor antara
lain sifat dan jenis
atau asal bahan baku pembuatan tepung, perlakuan yang telah dialami oleh tepung, kelembaban udara, tempat penyimpanan
dan jenis pengemasan.
Cara yang paling umum dilakukan untuk menurunkan kadar air adalah
dengan pengeringan,
baik dengan penjemuran atau dengan alat pengering biasa
C. TUJUAN PERCOBAAN
C. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan
dari percobaan ini adalah agar mahasiswa mengetahui sifat fungsional tepung
,mengetahui kapasitas penyerapan minyak dan air, dan mengetahui kapasitas emulsi.
D.BAHAN
DAN ALAT
Bahan yang di gunakan dalam praktikum ini adalah
Tepung
Air
Minyak
Alat yang di gunakan dalam praktikum ini adalah
Tabung sentrifus
Alat vortex
Timbangan
Blender
E.CARA
KERJA
1.
Kapasitaspenyerapan air/minyak
a.
tabungsentrifus di isi 2 gram sampeltepung, catatberattabungdansampel (a)
b. tambahkan 9
ml aquades/minyakkedalamtabung, vortex selama 1 menit
c. diamkanselama
30 menit, kemudian di sentrifusdengankecepatan 3000 rpm selama 15 menit, di
dekantasidan di timbangberatnya (b)
kapasitaspenyerapan air (%bk)
keterangan : a =
beratsampelkering + berattabungsentrifus
b
= beratsampel yang telah di basahi + berattabungsentrifus (g)
ms
= beratsampel (g)
2. kapasitasemulsi
1. sejumlah 1 gram
sampel di blender dengan 50 ml aquadesselama 30 detikdengankecepatanmaksimum .
2. di
tambahkanminyakkedaam blender sebanyak 0,1 ml, dan di blender kembali
3. penambahanminyak di
lanjutkankembali, (bertahapmasingmasingtahap 0,1 ml) hinggaminyakterpisahdari
system emulsi. Jumlahminyak yang di tambahkanmerupakannilaikapasitasemulsi
(ml/g bk)
Kapasitasemulsi (ml/g bk) =
F.
HASIL PENGAMATAN
1. Kapasitasemulsi
Kapasitasemulsi (ml/g
bk) =
=
=
=
=
=0,66
ml/gram bk
2. Kapasitas penyerapan air
Kapasitas penyerapan
air = x
= x
= x
= x
= 2,717 x 1,163
= 3,04
3.
Kapasitas
penyerapan minyak
Kapasitas penyerapan
minyak
Diketahui : berat
tabung = 6,40 gram
Berat tabung +
tepung = 8,40 gram (a)
Berat tepung = 4,29
gram (ms)
Minyak = 9 ml
Berat tabung +
tepung basah = 16,19 gram
Ka = 14%
Jawab : % bk = x
= x
= x
= 1,82 x 1,16
= 2,11
G.PEMBAHASAN
Sifat fungsional
merupakan sifat fisikokimia yang mempengaruhi prilaku komponen tersebut selama
persiapan, pengolahan, penyimpanan dan konsumsi . Sifat fungsional yang diamati
pada penelitian ini meliputi swelling volume, kelarutan, kapasitas penyerapan
air, dan derajat putih
Kapasitas penyerapan
air digunakan untuk mengukur besarnya kemampuan tepung untuk menyerap air
dan ditentukan dengan cara sentrifugasi. Kapasitas penyerapan air berkaitan
dengan komposisi granula dan sifat fisik pati setelah ditambahkan dengan
sejumlah air. granula pati dapat basah dan secara spontan
terdispersi dalam air. Air yang
terserap disebabkan oleh absorbsi
oleh granula yang terikat secara fisik maupun intermolekuler pada
bagian amorphous.
Kapasitas penyerapan air menentukan jumlah air yang
tersedia untuk proses gelatinisasi pati selama pemasakan. Bila jumlah air
kurang maka pembentukan gel tidak dapat mencapai kondisi optimum. Dengan
demikian kemampuan hidrasi yang rendah kurang cocok untuk
produk olahan yang membutuhkan tingkat gelatinisasi yang
tinggi. Kapasitas penyerapan air juga memengaruhi kemudahan dalam
menghomogenkan adonan tepung ketika dicampurkan dengan air. Tingkat homogenitas
adonan akan berpengaruh terhadap kualitas hasil pengukusan.
Sifat amilografi berkaitan dengan pengukuran viskositas
pati dengan konsentrasi tertentu selama pemanasan dan
pengadukan.
Kandungan utama dari protein
tepung terigu adalah gluten. Gluten merupakan protein lengket dan
elastis yang terkandung di dalam beberapa jenis serealia, terutama gandum yang
merupakan bahan utama dalam pembuatan tepung terigu, jewawut/millet, rye, dan
sedikit dalam oats, sedangkan beras dan jagung tidak mengandung gluten. Gluten
bersifat elastis dan kenyal sehingga digunakan sebagai kerangka adonan. Sifat
viskoelastik unik gluten dari gandum timbul dari konstituen proteinnya , yaitu
, glutenin sebesar 35-40% dan gliadin sebesar 20-25% .
Sifat
fungsional tepung sangat menentukan peruntukan tepung dalam aplikasinya
terutama sebagai bahan pangan. Metode analisis yang digunakan yaitu : Kapasitas
Penyerapan Air/Minyak, dan Kapasitas Emulsi.
Pada percobaan terhadap Penyerapan
Air/Minyak :
-
Kapasitas Penyerapan
Air
Dengan menggunakan sampel kering seberat 2
gram (yaitu tepung) , yang di masukan ke dalam tabung sentritifus, terlihat
setelah di timbang kapasitas penyerapan air (% bk) sebesar 3,04 % , ini menunjukan
bahwa air dapat masuk kedalam partikel tepeng dan tepung dapat menahan air di
dalam partikelnya, ini juga pengaruh dari gluten yang terdapat pada tepung
tersebut.
-
Kapasitas Penyerapan
Minyak
Dengan sempel yang digunakan yaitu tepung
dengan berat 2 gram, selain dilakukan penghitungan diketahui kapasitas
penyerapan minyak (%bk) yaitu sebesar 2,11% ini membuktikan bahwa minyak dapat
mengisi partikel-pertikel atau menyatu dengan tepung mampu menahan minyak di
dalamnya dan gluten pada tepung juga berpenganruh pada proses penyerapan minyak
.
-
Kapasitas Emulsi
Denga berat tepung yang di ginakan yaitu sebesar 1,04 gram dari
hasil penghitungan kapasitas emulsi (ml/g bk) yaitu 0,06pada hal ini ditunjukan
bahwa tepung yang di gunakan dpat membuat emulsi, dengan proses blender
(pengadukan,pencampuran) membuat terjadinya emulsi tetapi apabila emulsi itu di
biarkan begitu saja maka minyak dan tepungbakan kembali terpisah.
H.
KESIMPULAN
Pada
Praktikum sifat fungsional tepung dapat diketahui bahwa tepung dapat menyerap
air dan juga minyak dan dapat mengemulsi minyak, yang pada tepung tersebut
dapat juga gluten yang berperan
I.DAFTAR PUSTAKA
Ade, B. I. O., B. A. Akinwande, I.
F. Bolarinwa and A.O. Adebiyi. 2009.
Evaluation
of tigernut (Cyperus esculentus)-wheat composite flour and bread. African
Journal of Food Science.
Asmarajati, T. 1999. Pengaruh
Blanching dan Suplementasi Bekatul Terhadap
Kualitas
Cookies. Skripsi. Fakultas Pertanian UNSOED, Purwokerto.
Baah, D. F. 2009. Characterization
of Water Yam (Dioscorea atalata) for
Existing
and Potensial Food Products. Thesis. Faculty of Biosciences
Kwame
Nkrumah University, Nigeria.
Dubat, A. 2004. The Importance and
Impact of Starch Damage and Evolution of Measuring Methods. Sdmatic, New York.
Dewi, F. 2011. Pengayakan. Medan:
Teknik Fisika Universitas Sumatra Utara.
Gsianturi.
2003. Mari, Ramai-ramai Makan Tauge.
Jugenheimer R.W.2012. Corn:
Improvement, Seed Production, and Uses. John Wiley and Sons, New York.
Metirukmi, D.2013. Peranan kedelai dan
hasil olahanya dalam penanggulangan masalah gizi ganda. Makalah disampaikan
dalam Seminar Pengembangan Teknologi Pangan dan Gizi Menyongsong Pelita
VI, Bogor, 19 Desember 1992.
Purwanto, S.
1995. Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan
Produksi
Jagung. Direktorat Budi Daya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,
Jakarta.
Winamo, F. 6. 1983. Enzym Pangan. Ed.
III. PT. Crmedia. Jakarta. hal. 18-59.
Winarno, F.G. 2008. Kimia
Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar