Kamis, 05 Januari 2017

KOMPOSISI KIMIA HASIL PERTANIAN DAN REAKSI BIOKIMIA YANG TERJADI SELAMA PASCA PANEN

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA
Acara 1
KOMPOSISI KIMIA HASIL PERTANIAN DAN REAKSI BIOKIMIA YANG TERJADI SELAMA PASCA PANEN














Di susun oleh:
Nama : Fitri Ulandari
Nim : 1503035037


JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2016

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................ i
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A.LatarBelakang............................................................................................ 1
B.Tujuan........................................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 6
BAB III METODE PRAKTIKUM.............................................................. 12
A.Bahandanalat............................................................................................. 12
B.Carakerja................................................................................................     12
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN....................... 14
A.DataHasilPengamatan................................................................................ 14
B.Pembahasan................................................................................................ 15
BAB V PENUTUP....................................................................................... 17
A.kesimpulan................................................................................................. 17
B.Saran.......................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 19



DAFTAR TABEL
Data HasilPengamatan................................................................................... 14


BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Teknologi pasca panen adalah cara, metode atau teknik yang digunakan dalam menangani hasil hortikultura yang telah dipanen agar kerusakan pasca panen menurun, masa simpan dalam keadaan segar menjadi lebih lama, mutu lebih baik, penampilan dalam keadaan segar lebih menarik, dan penanganan oleh konsumen lebih mudah.Penurunan  kerusakan  pasca  panen dan  perpanjangan  masa  simpan pada saat panen dan pasca panen, hasil hortikultura dapat mengalami kerusakan fisik misalnya karena tergores, sobek, memar, benturan dan jatuh.
Kerusakan fisiologis juga akan terjadi karena reaksi biokimia di dalam sel dan jaringan sehingga terjadi perubahan-perubahan pada warna, tekstur, dan rasa. Berat bahan dapat berkurang karena penguapan air dari bahan.
Mikroorganisme dan serangga yang terbawa pada saat panen, atau mengkontaminasi bahan setelah panen dapat menyebabkan kerusakan. Kerusakan-kerusakan tersebut dapat dikurangi dan ditunda dengan menerapkan cara penanganan yang baik pada saat panen dan pasca panen.
Memberi perlakuan dan perlindungan tertentu pada hasil hortikultura adalah salah satu contoh penanganan yang baik, misalnya member  bahan yangdapat mengurangi energi benturan, membuang bagian-bagian yang rusak, membersihkan danmencuci bahan dengan air yang telah diberi desinfektan, dan menyimpan bahan pada suhu rendah.
Peningkatan  penampilan  dan  kemudahan  penanganan oleh konsumen
Hasil hortikultura yang telah dipanen, sering tampak kotor karena terdapat bagian-bagian yang rusak, atau terkontaminasi kotoran. Penyiangan bagian-bagian yang rusak, pembersihan dan pencuciaan dapat meningkatkan penampilan hasil hortikultura sehingga tampak lebih menarik.
Perlakuan tersebut juga memudahkan konsumendalam menangani bahan karena mereka tidak perlu lagi melakukan penyiangan dan pembersihan bahan ketika melakukan pengolahan.
Perubahan pada masa pasca panen.  Proses metabolisme yang ditandai dengan adanya respirasi akan mendorong terjadinya perubahan fisiologis, fisik dan kimia pada bahan. Senyawa-senyawa di dalam bahan dapat berubah jenis dan jumlahnya seiring dengan proses metabolisme.  Perubahan itu pada akhirnya menuju kepada kerusakan pada bahan. 
Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Masa Pasca Panen
Berbagai faktor internal dan eksternal dapat berpengaruh terhadap hasil hortikultura pada masa pasca panen. Faktor internal adalah proses metabolisme yang terjadi pada sel dan jaringan bahan. Sedangkan faktor eksternal adalahlingkungan biotik seperti serangga, tikus dan mikroba, serta lingkungan abiotik seperti suhu, kelembaban dan  komposisi  gas  pada udara ruang penyimpanan. 
Faktor abiotik seperti kondisi udara di ruang penyimpanan dapat mempengaruhi proses metabolisme. Misalnya pada suhu yang lebih tinggi, laju metabolisme akan lebih tinggi pula. Faktor biotik, seperti serangga dan mikroba akan mengkonsumsi jaringan bahan untuk pertumbuhannya. Populasi mikroba dan serangga pada bahan biasanya seiring dengan peningkatan kerusakan pada bahan. Faktor biotik juga dapat dipengaruhi oleh faktor abiotik, misalnya pada suhu rendah kebanyakan mikroba menjadi turun aktivitasnya.
Kegiatan pasca panen bertujuan mempertahankan mutu produk segar agar tetap prima sampai ke tangan konsumen, menekan losses atau kehilangan karena penyusutan dan kerusakan, memperpanjang daya simpan dan meningkatkan nilai ekonomis hasil pertanian.
Kegiatan penanganan pasca panen umumnya masih belum cukup baik dilakukan oleh petani, packing house (rumah kemasan) maupun pedagang. Saat ini, kegiatan pasca panen di tingkat petani umumnya dilakukan secara tradisional dengan alat yang sederhana.
Oleh karena itu, perbaikan sistem pengelolaan tanaman secara terpadu disertai pengembangan teknologi pemanenan dan penanganan pasca panen merupakan salah satu unsur yang diperlukan untuk mencapai mutu produk yang baik.
Penanganan pasca panen yang baik dan benar pada hasil pertanian merupakan salah satu mata rantai dalam pencapaian standar mutu yang ditetapkan secara nasional dalam Standar Nasional Indonesia (SNI).

Dalam pengembanganan penanganan pasca panen, ada 3 sumber daya langka yang perlu dikuasai, yaitu:
1.      Akses terhadap teknologi pemasaran
2.      Akses terhadap output pertanian
3.      Akses terhadap konsumen

Kualitas adalah sekumpulan sifat yang menentukan derajat kesukaan atau penerimaan, kecenderungannya adalah setiap orang akan memilih kualitas yang terbaik buat dirinya dan konsekuensinya dari kepuasan yang didapat orang tersebut mau membayar lebih.
Kualitas yang baik mempunyai nilai jual yang lebih tinggi sedangkan kepentingan kualitas bagi konsumen adalah komoditas tersebut mempunyai jaminan mutu yang berkaitan dengan tingkat kesegaran, enak dan bagus, kandungan vitaminnya tinggi dan aman untuk dikonsumsi. Sedangkan kepentingan komoditas bagi produsen adalah untuk memperoleh harga yang relatif tinggi, cepat laku dan tahan simpan.

Bahan pangan khususnya yang berasal dari hasil  dari hasil pertanian merupakan hal terpenting dalam kehidupan kita. Ketersediaan bahan pangan tidak haya memperhatikan jumlahnya saja tapi juga nilai-nilai gizi dari bahan tersebut.
Agar kebutuhan pangan masyarakat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan gizi yang telah ditentukan maka perlu diketahui unsur-unsur kimia apa saja yang terdapat dalam ahan tersebut sehingga dapat dicegah perubahan-perubahan yang mungkin akan terjadi jika bahan tersebut diberikan perlakuan sehingga tidak mempengaruhi jika dikonsumsi.
            Oleh sebab itu perlu suatu ilmu yang  mempelajari tentang komposisi-komposisi kimia yang ada dalam bahan. Salah satunya adalah Kimia Hasil Peranian yang memepelajati susuna atau struktur dan sifat-0sifat dari unsur-unsur kimia hasil pertanian dan perubahan-perubahan yan tejadi pada unsur tersebut apabila diberii perlakan tertentu terhadap hasil pertanian.
Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana yang disebut monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa.
Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis  dan awal bagi respirasi. Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan.
Glukosa (C6H12O6, berat molekul 180.18) adalah heksosa—monosakarida yang mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus -CHO). Lima karbon dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut “cincin piranosa”, bentuk paling stabil untuk aldosa berkabon enam. Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada gugus samping hidroksil dan hidrogen kecuali atom kelimanya, yang terikat pada atom karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH. Struktur cincin ini berada dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih reaktif, yang proporsinya 0.0026% pada pH 7.
Glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat di mana-mana dalam biologi. Kita dapat menduga alasan mengapa glukosa, dan bukan monosakarida lain seperti fruktosa, begitu banyak digunakan. Glukosa dapat dibentuk dari formaldehida pada keadaan abiotik, sehingga akan mudah tersedia bagi sistem biokimia primitif. Hal yang lebih penting bagi organisme tingkat atas adalah kecenderungan glukosa, dibandingkan dengan gula heksosa lainnya, yang tidak mudah bereaksi secara nonspesifik dengan gugus amino suatu protein. Reaksi ini (glikosilasi) mereduksi atau bahkan merusak fungsi berbagai enzim. Rendahnya laju glikosilasi ini dikarenakan glukosa yang kebanyakan berada dalam isomer siklik yang kurang reaktif. Meski begitu, komplikasi akut seperti diabetes, kebutaan, gagal ginjal, dan kerusakan saraf periferal (peripheral neuropathy), kemungkinan disebabkan oleh glikosilasi protein.
Dalam respirasi, melalui serangkaian reaksi terkatalisis enzim, glukosa teroksidasi hingga akhirnya membentuk karbon dioksida dan air, menghasilkan energi, terutama dalam bentuk ATP. Sebelum digunakan, glukosa dipecah dari polisakarida.Glukosa dan fruktosa diikat secara kimiawi menjadi sukrosa. Pati, selulosa, dan glikogen merupakan polimer glukosa umum polisakarida).
B.Tujuan
Mendemonstrasikan adanya aktivitas enzim dalam perubahan karakteristik produk pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
sehari yang dikonsumsi oleh penduduk. Di negara-negara maju seperti AmerikaSerikat danEropa Barat, angka ini lebih rendah, yaitu rata-rata 50%. Nilai energi karbohidrat adalah 4kkal per gram (Almatsier, 2010).Karbohidrat yang penting dalam ilmu gizi dibagi dalam dua golongan, yaitu karbohidratsederhana dan karbohidrat kompleks. Sesungguhnya semua jenis karbohidrat terdiri ataskarbohidrat sederhana atau gula sederhana; karbohidrat kompleks mempunyai lebih dari duaunit gula sederhana dalam satu molekul (Almatsier, 2010).
1. Monosakarida yang terdiri atas jumlah atom C yang sama dengan molekul air, yaitu [C6(H2O)6] dan [C5(H2O)5];
2. Disakarida yang terdiri atas ikatan 2 monosakarida di mana untuk tiap 12 atom C ada11 molekul air [C12(H2O)11];
3. Gula alkohol merupakan bentuk alkohol dari monosakarida
4.Oligosakarida adalah gula rantai pendek yang dibentuk oleh galaktosa, glukosa, danfruktosa.Monosakrida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat yanglebih sederhana.

Monosakarida ini dapat diklasifikasikan sebagai triosa, tetrosa, pentosa,heksosa, atau heptosa, bergantung pada jumlah atom karbon; dan sebagai aldosa atau ketosa bergantung pada gugus aldehida atau keton yang dimilki senyawa tersebut (Murray dkk,2012).
Gliseraldehid adalah aldosa yang paling sederhana, dan dihidroksiasetan adalah ketosayang paling sederhana pula. Aldosa atau ketosa lainnya dapat diturunkan dari gliseraldehidaatau dihidroksiaseton dengan cara menambahkan atom karbon, masing-masing membawagugus hidroksil (Tim Dosen, 2010).
Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas 6-rantai ataucincin karbon. Atom-atom hidrogen dan oksigen terikat pada rantai atau cincin ini secaraterpisah atau sebagai gugus hidroksil (OH). Ada tiga jenis heksosa yang penting dalam ilmugizi, yaituglukosa, fruktosa, dan galaktosa. Ketiga macam monosakarida ini mengandung jenis dan jumlah atom yang sama,yaitu 6 atom karbon, 12 atom hidrogen, dan 6 atomoksigen.  Perbedaannya hanya terletak pada cara penyusunan atom-atom  hydrogen  danoksigen di sekitar atom-atom karbon. Perbedaan dalam susunan atom inilah yangmenyebabkan perbedaan dalam tingkat kemanisan, daya larut, dan sifat lain ketigamonosakarida tersebut (Almatsier, 2010).
Disakarida adalah produk kondensasi dua unit monosakarida. Ada empat jenis disakaridayaitu sukrosa atau sakarosa, maltosa, laktosa, dan trehalosa. Trehalosa tidak begitu pentingdalam ilmu gizi. Kedua monosakarida yang saling mengikat berupa ikatan glikosidik melaluisatu atom oksigen.
Ikatan glikosidik ini biasanya terjadi antara atom C nomor 1 dengan atomC nomor 4 dan membentuk ikatan alfa, dengan melepaskan satu molekul. Hanya karbohidratyang unit monosakaridanya terikat dalam bentuk alfa dapat dicernakan. Disakarida dapatdipecah kembali menjadi dua molekul monosakarida melalui hidrolisis. Glukosa terdapat pada empat jenis disakarida; monosakarida lainnya adalah fruktosa dan galaktosa (Almatsier,2010).
Oligosakarida adalah produk kondensasi tiga sampai sepuluh monosakarida. Sebagian besar oligosakarida tidak dicerna oleh enzim dalam tubuh manusia (Murray dkk, 2009).
Rafinosa, stakiosa, dan verbaskosa adalah oligosakarida yang terdiri atas unit-unitglukosa, fruktosa dan galaktosa. Ketiga jenis oligosakarida ini terdapat di dalam biji tumbuh-tumbuhan dan kacang-kacangan.seperti halnya polisakarida nonpati, oligosakarida ini didalam usus besar mengalami fermentasi (Almatsier, 2010).
Untuk karbohidrat kompleks terdiri atas:
1.Polisakarida yang terdiri atas lebih dari dua ikatan monosakarida.
2. Serat yang dinamakan juga polisakarida nonpati.
 Polisakarida tersusun dari banyak unit monosakarida yang terikat antara satu denganyang lain melalui ikatan glikosida. Hidrolisis total dari polisakarida menghasilkanmonosakarida (Tim Dosen, 2010).
Polisakarida dapat dihidrolisis oleh asam atau enzim tertentu yang kerjanya spesifik.Hidrolisis sebagian polisakarida menghasilkan oligosakarida dan dapat digunakan untukmenentukan struktur molekul polisakarida (Sirajuddin dan Najamuddin, 2011).
Karbohidrat kompleks ini dapat mengandung sampai tiga ribu unit gula sederhana yangtersusun dalam bentuk rantai panjang lurus atau bercaban. Gula sederhana ini terutama adalahglukosa. Jenis polisakarida yang penting dalam ilmu gizi adalah pati, dekstrin, glikogen, dan polisakarida nonpati (Almatsier, 2010).
Pati merupakan simpanan karbohidrat dalam tumbuh-tumbuhan dan merupakankarbohidratutama yang dimakan manusia  di seluruh  dunia.  Pati terutama terdapat dalam padi-padian, biji-bijian, dan umbi-umbian. Jumlah unit glukosa dan susunannya dalam satu jenis pati berbeda satu sama lain bergantung jenis tanaman asalnya. Rantai glukosa terikatsatu sama lain melalui ikatan alfa yang dapat dipecah dalam proses pencernaan (Almatsier,2010).
Dekstrin merupakan produk antara pada pencernaan pati atau dibentuk melalui hidrolisis parsial pati. Dekstrin merupakan sumber utama karbohidrat dalam makanan. Cairan glukosadalam hal ini merupakan campuran dekstrin, maltosa, glukosa, dan air. Dekstrin maltosa,suatu produk hasil hidrolisis parsial pati, digunakan sebagai makanan bayi karena tidakmudah mengalami fermentasi dan mudah dicernakan (Almatsier, 2010).
Glikogen dinamakan juga pati hewan karena merupakan bentuk simpanan karbohidrat didalam tubuh manusia dan hewan, yang terutama terdapat di dalam hati dan otot.Glikogenterdiri atas unit-unit glukosa   dalam bentuk rantai lebih bercabang. Struktur yang lebih bercabang ini membuat glikogen lebih mudah dipecah. Glikogen dalam otot hanya dapatdigunakan untuk keperluan energi di dalam otot tersebut, sedangkan glikogen dalam hatidapat digunakan sebagai sumber energi untuk keperluan semua sel tubuh. Kelebihan glukosamelampaui kemampuan menyimpannya dalam bentuk glikogen akan diubah menjadi lemakdan disimpan dalam jaringan lemak. Glikogen tidak merupakan sumber karbohidrat yang penting dalam bahan makanan, karena hanya terdapat di dalam makanan berasal dari hewanidalam jumlah terbatas (Almatsier, 2010).
Glikogen mempunyai struktur empiris yang serupa dengan amilum pada tumbuhan. Pada proses hidrolisis, glikogen menghasilkan pula glukosa karena baik amilum maupun glikogen,tersusun dari sejumlah satuan glukosa. Glikogen dalam air akan membentuk koloid danmemberikan warna merah dangan larutan iodium. Pembentukan glikogen dari glukosa dalamsel tubuh diatur oleh hormon insulin dan prosesnya disebut glycogenesis. Sebaliknya, proseshidrolisis glikogen menjadi glukosa disebut glycogenolisis (Sirajuddin dan Najamuddin,2011)

Pati Ubi Kayu
Pati ubi/singkong dalam 100 g yang terbesar selain air (62,5 gram) yaitu karbohidrat (34,7 gram). Kandungan calsium dan vitamin C dalam ubi ini cukup tinggi yaitu masing-masing 33 dan 36 mg. Komponen terbesar dari karbohidrat ubi singkong yaitu pati dan mengandung amilopektin yang mengakibatkan pasta yang terbentuk menjadi bening dan kecil kemungkinan untuk terjadi retrogradasi. Granula dari pati ini berukuran 4-35 µm dengan bentuk oval, mkerucut dengan bagian atas terpotong, dan seperti kettle drum.Suhu gelatinisasi pati singkong pada 62-730C (Slamet.,dkk.2010).

Hidrolisis merupakan reaksi pengikatan gugus hidroksil (OH) oleh suatu senyawa. Gugus OH dapat diperoleh dari senyawa air. Hidrolisis dapat digolongkan menjadi hidrolisis murni, hidrolisis katalis asam, hidrolisis katalis basa, gabungan alkali dengan air dan hidrolisis dengan katalis enzim. Sedangkan berdasarkan fase reaksi yang terjadi diklasifikasikan menjadi hidrolisis fase cair dan hidrolisis fase uap (Maryati  Sri., 2010).

Hidrolisis pati terjadi antara suatu reaktan pati dengan reaktan air. Reaksi ini adalah orde satu karena reaktan air yang dibuat berlebih, sehingga perubahan reaktan dapat diabaikan. Reaksi hidrolisis pati dapat menggunakan katalisator ion H+ yang dapat diambil dari asam. Reaksi yang terjadi pada hidrolisis pati adalah sebagai berikut: (C6H10O5)x + x H2O → x C6H12O6  (Maryati Sri., 2010).

Pati merupakan suatu bentuk utama karbohidrat yang dikonsumsi. Pati adalah polisakarida yang terbentuk dari sejumlah molekul glukosa yang berikatan bersama  dan membentuk karbohidrat kompleks. Umumnya, pati dapat diurai oleh enzim pencernaan dalam usus halus menjadi molekul glukosa. Glukosa kemudian diserap ke dalam darah dan digunakan untuk menghasilkan energi untuk tubuh.

Pati dihidrolisa di dalam saluran pencernaan oleh amilase yang disekresikan ke dalam saluran pencernaan. Cairan air liur dan pankreas mengandung α-amilase yang mampu menghidrolisa ikatan α-(1.4) amilopektin menghasilkan D-glukosa, sejumlah kecil maltosa dan suatu inti yang tahan hidrolisa (limit dekstrin). Limit dekstrin tidak dihidrolisa lebih jauh oleh
α-amilase (tidak dapat memecahkan ikatan α-(1.6). Enzim yang berperan dalam pemecahan ikatan ini adalah α-(1.6)-glukosidase. Aktivitas gabungan α-amilase dan α-(1.6)-glukosidase dapat menguraikan amilopektin secara sempurna menjadi glukosa dan sejumlah kecil maltosa (Mudjisihono., 2012).

Berdasarkan kemudahannya untuk dicerna dalam saluran pencernaan, pati dapat diklasifikasikan menjadi pati yang dapat dicerna secara cepat atau  RDS(rapidly digestible starch), pati yang dicerna secara lambat SDS dan pati resisten RS (resistant starch). RDS merupakan fraksi pati yang menyebabkan terjadinya kenaikan glukosa darah setelah makanan masuk ke dalam saluran pencernaan, sedangkan SDS adalah fraksi pati yang dicerna sempurna dalam usus halus dengan kecepatan yang lebih lambat dibandingkan dengan RDS(Mudjisihono., 2012).

BAB III METODE PRAKTIKUM
A.Bahan dan alat
1.      Pisang mentah (matang fisiologis)
2.      Larutan iodine
3.      Larutan fehling
4.      Hot plate
5.      Tabung reaksi
B.Cara kerja
1.      Uji gula sederhana
a.       Siapkan pada tabung reaksi masing-masing 2 ml larutan glukosa, 1,0% glukosa, dan 2,0% glukosa
b.      Siapkan larutan fehling (6 ml) mencampurkan antara fehling A(3ml) dan fehling  B(3ml) dengan volume yang sama.
c.       Masukkan 2 ml larutan fehling kedalam masing-masing tabung reaksi, kocok dan panaskan dalam air mendidih.
d.      Amati perubahan (warna) yang terjadi pada masing-masing tabung reaksi.
e.       Masukkan sepotong irisan tipis dari pisang mentah kedalam tabung reaksi, dan sepotong irisan tipis dari pisang yang telah masak sempurna kedalam tabung reaksi.
f.       Hancurkan irisan tipis pisang tersebut dan tambahkan 2 ml larutan fehling ke dalam tabung reaksi.

2.      Uji pati
a.       Buatlah 10% larutan maizena (1 g dalam 10 ml aquadest)
b.      Berilah beberapa tetes iodine pada sepotong roti dan larutan maizena
c.       Amati warna yang terjadi, mengapa demikian?
d.      Potonglah tipis daging buah pisang, teteskan beberapa tetes larutan iodin pada permukaan nya
e.       Bandingkan dengan warna yang diamati untuk larutan maizena dan roti apa komentar anda?
f.       Peramlah pisang tersebut beberapa hari hingga masak
g.      Setelah masak, ulangi prosedur 4 dan 5 pada pisang masak tersebut

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.Data Hasil Pengamatan
pengujian
perubahan warna
uji pati :

larutan maizena
biru kelam
irisan daging tipis buah pisang mentah
biru kelam
irisan daging tipis buah pisang masak
biru pudar
roti tawar
biru kelam
uji gula sederhana :

larutan glukosa 1,0%
terdapan endapan merah bata
larutan glukosa 2,0%
terdapan endapan merah bata lebih pekat
irisan daging tipis buah pisang mentah
biru
irisan daging tipis buah pisang masak
hijau


B.Pembahasan
Praktikum kali ini akan membahas mengenai uji pati dan uji gula sederhana. Uji pati dilakukan untuk membutikan adanya kandungan pati dari suat bahan pangan, dan uji gula sederhana dilakukan untuk membuktikan adanya glukosa dalam suatu pangan. Untuk pengujian pati dalam suatu bahan panagan, harus ditetesi dengan larutan iodine  pada bahan pangan yang hendak akan diujikan. Pada praktikum kali ini bahan pangan yang hendak diketahui kandungan patinya adalah larutan maizena, irisan daging buah pisang mentah, irisan daging buah pisang masak dan roti tawar
.Semakin pekat warna yang terlihat menandakan pati yang cukup tinggi.
Larutan maizena  yang telah ditetesi dengan iodine berubah warna menjadi biru kelam,pada perlakuan ini menunjukan bahwa ada nya amilum yang terdapat pada larutan maizena yang telah di tetesi larutan iodine.
Pada bahan irisan buah pisang mentah juga terdapan warna biru kelam akibat setelah di lakukan dengan penambahan beberapa tetes larutan iodin, pada perlakuan ini menunjukan bahwa ada nya amilum yang terdapat pada irisan buah pisang mentah.
Pada bahan irisan daging buah pisang masak juga terdapat warna biru kelam akibat perlakuan dengan menambahkan beberapa tetes larutan iodine, pada perlakuan ini menunjukan bahwa ada nya amilum yang terdapat pada irisan daging buah pisang masak.
Begitu pula pada bahan roti tawar juga terdapat warna biru kelam akibat penambahan beberapa tetes larutan iodine, pada perlakuan ini menunjukan bahwa ada nya amilum yang terdapat pada roti tawar.
Dalam teori, warna biru terbentuk akibat adanya reaksi dari ikatan amilum pada bahan dengan molekul pada larutan iodin pada saat proses penambahan larutan iodin. Hal ini sesuai dengan Raandesky (2011) yang menyatakan bahwa amilum bereaksi dengan molekul iod karena struktur amilum pada larutan berbentuk heliks yang berbentuk kumparan sehingga dapat diisi oleh molekul iod di dalamnya.
Untuk uji gula sederhana bahan pangan tersebut harus ditetesi dengan larutan fehling kemudian dipanaskan dalam air mendidih. Semakin merah bahan yang diuji maka menandakan semakin banyaknya kandungan glukosa atau gula sederhana yang terdapat dalam bahan tersebut. Pada larutan glukosa 2,0% warna yang terbentuk lebih pekat dibandingkan dengan larutan glukosa 1.0%.
Sedangkan pada buah pisang yang masih mentah hanya terbentu warna biru, yang menandakan kandungan gula sederhanya hanya sedikit dibandingkan dengan buah pisang yang telah matang yang berwarna hijau, hal ini dikarenakan kandungan gula pada buah pisang yang sudah masak lebih tinggi daripada buah pisang yang masih mentak yang zat patinya belum dikonversikan menjadi glukosa oleh enzim ptyalin.

BAB V PENUTUP
A.kesimpulan
Uji pati dilakukan untuk membutikan adanya kandungan pati dari suat bahan pangan, dan uji gula sederhana dilakukan untuk membuktikan adanya glukosa dalam suatu pangan.
Larutan maizena, irisan danging buah pisang masak, dan roti banyak mengandung pati. Sedangkan pada buah pisang yang sudah masak, zat patinya telah diubah oleh enzim ptyalin menjadi glukosa, sehingga kandungan patinya tinggal sedikit.
Semakin biru bahan warna yang terlihat pada saat ditetesi dengan larutan iodine maka semakin banyak pula kandungan patinya.
Uji gula sederhana dilakukan untuk membuktikan adanya kandungan gula dalam suatu bahan pangan, dengan cara meneteskan larutan Fehling pada bahan tersebut kemudian dipanaskan dalam air mendidih.
Semakin merah warna yang terlihat pada saat aetelah ditetesi dengan larutan Fehling dan dipanaskan maka semakin banyak pula gula yang terkamdung dalam bahan tersebut.

B.Saran
Terimakasi untuk kakak-kakak yang sudah meluangkan waktu nya untuk membagikan ilmu nya dan membimbing kami dalam proses praktikum ini, apabisa terdapat kesalahan saya mohon maaf. Terimakasi juga atas semua ilmu-ilmu nya yang sudah di ajarkan kepada kami semoga ilmu nya bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA
Baliwati, Yayuk Farida. 2012. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar Swadaya.
Buckle, K. A., dkk. 2010. Ilmu Pangan. Penerbit UI-Press. Jakarta
Darwis, Djaswir.2013 . Biokimia Dasar I. Padang : Universitas Andalas
Poedjiadi, Anna dan F.M Titin Supriyanti. 2013. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia : Bandung.
Kirk Othmer, Encyclopedia of Chemical Technology, second edition, New York, V5, 2012.
Kaufman ,P.B. Peter, 2012 Natural Product from Plants, Chlorophyll and chlorophyl to Biosintesis, New York.
Lewis, J. 2010. Process for the Production of Tocotrienol. US Patent 6,838,104.9) 
Lehninger, A.L. 2013. Principles of Biochemistry (Dasar-dasar Biokimia Jilid 1, diterjemahkan oleh M. Thenawidjaya). Jakarta: Erlangga.
Sudarmaji, Slamet., dkk. 2010. Analisa Bahan Makanan Dan Pertanian. Yogyakarta : Liberty Yogykarta.
Sajilata MG, SS Rekha dan RK Puspha. 2012. Resistant starch-a review. J. Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety, Vol. 5.
Treybal ,R.E., Mass-Transsfer Operations, Third edition, Mc. Graw Hill, New York, 2010.
Winarno ,F.G., Kimia Pangan dan Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2012.
Weissberger ,A., Organic Solvent, Physical properties and Metods of Purification, second edition, New York, 2010.
Winarno FG. 2012. Enzim Pangan. Jakarta: PT Gramedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar