MAKALAH
TEKNOLOGI PROSES PENGOLAHAN
PROSES PENGOLAHAN TEPUNG KENTANG
Di
susun oleh:
Nama
: Fitri Ulandari
Nim
: 1503035037
JURUSAN
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
MULAWARMAN
SAMARINDA
2017
DAFTAR
ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................ i
DAFTAR
TABEL ........................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A.Latar
Belakang .......................................................................................... 1
B.Tujuan
....................................................................................................... 4
BAB
II BAHAN,ALAT DAN METODE PERCOBAAN .......................... 5
A.Bahan-bahan Yang Di Gunakan ............................................................... 5
B.Alat-alat Yang Di Gunakan ...................................................................... 5
C.Metode Percobaan .................................................................................... 6
BAB
III PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN.......................................... 8
A.Hasil Pengamatan...................................................................................... 8
B.Pembahasan.............................................................................................. 9
BAB
IV PENUTUP...................................................................................... 23
A.Kesimpulan................................................................................................ 23
B.Saran.......................................................................................................... 23
DAFTAR
PUSTAKA ................................................................................... 24
DAFTAR
TABEL
Rata-rata
kandungan nutrisi yang terdapat pada kentang.............................. 3
Hasil pengamatan
pembuatan tepung ........................................................... 8
Standar mutu
tepung ..................................................................................... 10
Kandungan kimia
kentang ............................................................................ 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kentang
merupakan salah satu dari 4 tanaman pokok yang banyak ditanam di dunia, dengan
luas lahan sekitar 20 milyar hektar dan produksi mencapai 300 milyar ton.
Sebagian besar kentang diproduksi oleh Negara-negara Eropa dan negara di
Amerika Utara sedangkan produksi kentang terbesar di Asia dihasilkan oleh Cina
dan India (Diputri, 2013).
Kentang
sebagian besar diolah dan dikonsumsi hanya sebatas menjadi sayuran ataupun
berupa olahan makanan tradisional yang dikembangkan berdasarkan kebiasaan dan
resep tradisional. Namun saat ini telah dikembangkan suatu teknologi untuk
meningkatkan nilai ekonomi kentang, dimana kentang diolah menjadi tepung kentang.
Di Negara-negara Eropa pada khususnya, industri pengolahan kentang menjadi
tepung kentang yang kemudian diolah menjadi berbagai macam produk terus
dikembangkan dari metode sederhana hingga modern (Diputri, 2013).
Kentang
dimanfaatkan sebagai tepung karena termasuk umbi-umbian yang banyak mengandung
karbohidrat dalam bentuk pati sehingga dapat dikeringkan menghasilkan tepung
dengan menggunakan beberapa proses. Tetapi kelemahan dari kentang yaitu
mengandung banyak air sehingga produk tepung yang dihasilkan akan jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan produk tepung dari umbi-umbian lainnya.
Dibandingkan
dengan bahan baku lain seperti jagung, gandum, ubi dan lainnya, tepung kentang
ini memiliki kandungan protein dan lemak yang rendah, suhu gelatisasi yang
rendah serta dapat disimpan dengan kandungan air yang tinggi tanpa menimbulkan
bau apek. Selain itu, dibandingkan dengan tepung dengan bahan baku lainnya,
tepung kentang memiliki butiran tepung yang lebih besar (Diputri, 2013).
Tepung
kentang ini banyak digunakan untuk bahan baku pembuatan snack, makanan bayi,
mie instan, saus, makanan rendah kalori, makanan ternak. Selain itu tepung
kentang ini juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan plastik kemasan,
pembalut wanita, kapsul untuk industri obat-obatan , kertas dan bahan-bahan
bangunan dalam industri tekstil (Diputri, 2013).
Proses
pengeringan merupakan proses pangan yang pertama kali dilakukan untuk
mengawetkan makanan. Selain untuk mengawetkan bahan pangan yang mudah rusak
atau busuk pada kondisi penyimpanan sebelum digunakan, pengeringan pangan juga
menurunkan biaya dan mengurangi kesulitan dalam pengemasan, penanganan,
pengangkutan dan penyimanan, karena, dengan pengeringan bahan menjadi padat dan
kering, sehingga volume bahan lebih ringkas, mudah dan hemat ruang dalam
pengangkutan, pengemasan maupun penyimpanan. Di samping itu banyak bahan pangan
yang dikonsumsi setelah dikeringkan, seperti teh, kopi, coklat dan beberapa
jenis biji-bijian. (Wirakartakusumah, 2012).
Pengeringan
bahan hasil pertanian sering dilakukan sebagai usaha pengawetan, proses
pengeringan bisanya dilanjutkan dengan proses penepungan guna mengahasilkan
bahan yang siap untuk diolah lebih lanjut (Desrosier, 2012).
Dengan
cara pengeringan atau penepungan, bahan hasil pertanian (sayur mayur) tersebut
memiliki keuntungan tersendiri, yaitu daya tahannya dapat bertahan lama,
pertumbuhan mikroorganismenya dapat dihambat. Karena kebanyakan sayur mayur
sifatnya mudah rusak atau busuk (Desrosier, 2012).
Proses
pengeringan pada suatu bahan pangan pada umumnya dapat mengakibatkan perubahan
sifat fisika dan kimianya. Warna, aroma, tekstur dan penampakan merupakan salah
satu kriteria penilaian yang sangat berpengaruh terhadap kualitas tepung
kentang selain nilai gizinya, sehingga perlu dicari kondisi pengeringan yang
optimum terhadap sifat karakteristik tepung kentang (Desrosier, 2012).
Kentang merupakan salah satu dari 4 tanaman
pokok yang banyak ditanam di dunia, dengan luas lahan sekitar 20 milyar hektar
dan produksi mencapai 300 milyar ton. Sebagian besar kentang diproduksi oleh
Negara-negara Eropa dan negara di Amerika Utara sedangkan produksi kentang
terbesar di Asia dihasilkan oleh Cina dan India.
Selain
kentang kaya akan kandungan karbohidrat, kentang juga mengandung nutrisi lain
seperti protein, mineral (Fe) dan vitamin (B-kompleks dan Vitamin C). 100
gram kentang segar mengandung 2.1 gr protein, 0.3 MJ energi, 25 mg Vitamin C,
0.1 mg Tiamin, 0.02 mg riboflavin, 0.5 mg asam nikotin dan 0.1 mg zat besi.
Nilai kandungan nutrisi kentang bervariasi tergantung dari varietas, cara
penyimpanan, musim tanam, jenis tanah, pemberian pupuk dan pola tanam.
Kandungan Nilai Rata-rata (%)
Air
80
Protein 18
Lemak 2
Karbohidrat 0.1
Vitamin dan Mineral 0.1
|
Rata-rata kandungan
nutrisi yang terdapat pada kentang.
Kentang
sebagian besar diolah dan dikonsumsi hanya sebatas menjadi sayuran berupa
olahan makanan tradisional yang dikembangkan berdasarkan kebiasaan dan resep
tradisional. Namun saat ini telah dikembangkan suatu teknologi untuk meningkatkan
nilai ekonomi kentang, dimana kentang diolah menjadi tepung kentang. Di
Negara-negara Eropa pada khususnya, industri pengolahan kentang menjadi tepung
kentang yang kemudian diolah menjadi berbagai macam produk terus dikembangkan
dari metode sederhana hingga modern.
Dibandingkan
dengan bahan baku lain seperti jagung, gandum, ubi dan lainnya, tepung kentang
ini memiliki kandungan protein dan lemak yang rendah, suhu gelatisasi yang
rendah serta dapat disimpan dengan kandungan air yang tinggi tanpa menimbulkan
bau apek. Selain itu, dibandingkan dengan tepung dengan bahan baku lainnya,
tepung kentang memiliki butiran tepung yang lebih besar.
B. Tujuan Percobaan
Tujuan
percobaan pembuatan tepung adalah untuk menurunkan kadar air pada bahan pangan sampai batas tertentu sehingga menjadi tepung kentang yang bermutu bagus.
C. Prinsip Percobaan
Prinsip
percobaan pembuatan tepung berdasarkan perpindahan panas secara konduksi dan
konveksi dan berdasarkan pengurangan kadar air sampai batas tertentu dan dilanjutkan dengan proses reduksi sampai
berukuran 100 mesh, sehingga bahan berbentuk tepung.
BAB II
BAHAN,
ALAT DAN METODE PERCOBAAN
A. Bahan-bahan yang Digunakan
Bahan-bahan
yang digunakan dalam percobaan ini antara lain kentang, air, dan natrium bisulfit
(NaHSO3).
B. Alat-alat yang Digunakan
Alat-alat
yang digunakan dalam percobaan ini adalah
1. Kompor
2. Timbangan
3.Baskom
4.Pisau
5.Slicer
6.Piring
7.Sendok
8.Plastik sampel
9.Panci
10.Tunnel dryer
11.Tray
12.Blender
13.Ayakan 100 mesh.
C. Metode Percobaan
1.
Kentang disortasi untuk menghilangkan kotoran dan benda asing yang tertempel
pada kentang.
2.
Setelah kentang disortasi kemudian dilakukan trimming dimana kentang
dikupas dari kulitnya.
3.
Kentang yang telah dikupas kemudian dicuci dengan air bersih agar kotorannya
hilang dan kentang menjadi bersih.
4.
Setelah kentang dibersihkan kemudian kentang ditimbang untuk mengetahui berat
basisnya.
5. Kentang diris-iris tipis dengan
menggunakan alat slicer agar kentang mudah untuk dikeringkan pada
saat tahap pengeringan.
6.
Kentang yang sudah diris dibagi 4 bagian untuk dilakukan 4 pelakuakn yaitu
direndaman dengan air selama 15 menit, direndaman dengan natrium bisulfit
selama 15 menit, diblanching selama 2 menit serta direndam dengan natrium
bisulfit 15 menit dan diblanching 2 menit tujuannya pelakukan ini
yaitu untuk menonaktifkan enzim yang dapat menyebabkan pencoklatan pada
kentang.
Kentang
direndam dengan natrium bisulfit dilakukan dalam waktu 15 menit. Perendaman dengan Natrium Bisulfit, Kentang yang diblanching dilakukan dalam
waktu 2 menit.
Blanching
Kentang
direndam dengan natrium bisulfit selama 15 menit kemudian diteruskan dengan
diblanching selama 2 menit.
7.
Kentang yang dilakukan 4 pelakukan tersebut masing-masing ditiriskan dan
disusun dalam masing-masing tray untuk dikeringkan.
8.
Setelah kentang disusun dalam tray kemudian dikeringakan dalam alat tunne dryer selama 6 - 7 jam.
9.
Setelah kentang kering kemudian kentang di tumbuk atau dihancurkan dengan
blander agar kentang kering tersebut menjadi tepung.
10.
Tepung kentang yang dihasilakn kemudian diayak agar bentuk butiran tepungnya
seragam.
Setelah
tepung kentang diayak, kemudian masing-masing tepung kentang dengan pelakaukan
yang berbeda-beda ditimbang. Hasil tepung yang ditimbang adalah tepung yang
lolos dari ayakan.
12.
Setelah penimbangan dialakukan pengangamatan pada masing-masing tepung kentang
tersebut mulai dari sifat organoleptik, persen produk, berat produk dan
lain-lain.
BAB III HASIL
PERCOBAAN
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
No.
|
Analisa
|
Hasil
|
1.
|
Pelakuan
|
Perendaman dengan Air
|
Perendaman dengan
Na-Bisulfit
|
Blanching
|
Perendaman dengan
Na- Bisulfit + Blanching
|
2.
|
Nama Produk
|
Tepung Kentang
|
Tepung Kentang
|
Tepung Kentang
|
Tepung Kentang
|
3.
|
Basis
|
207,5 gram
|
207,5 gram
|
207,5 gram
|
207,5 gram
|
4.
|
Bahan Utama
|
Kentang
|
Kentang
|
Kentang
|
Kentang
|
5.
|
Bahan Tambahan
|
-
|
Natrium bisulfit
|
-
|
-
|
6.
|
Berat Produk
|
31,2 gram
|
31,2 gram
|
31,1 gram
|
30,3 gram
|
7.
|
Persen Produk
|
15%
|
15%
|
14,98%
|
14,6%
|
8.
|
Organoleptik
8.1. Rasa
8.2. Warna
8.3. Tekstur
8.4. Aroma
8.5.Penampakan
|
Tidak terasa kentang
Coklat kehitaman
Agak halus
Agak tercium khas
kentang
Coklat kehitaman
|
Tidak terasa kentang
Coklat muda
Halus
Agak tercium khas
kentang
Coklat muda
|
Terasa khas kentang
Coklat agak kusam
Kasar
Tercium khas kentang
Coklat agak kusam
|
Agak terasa khas
kentang
Coklat kehitaman
Agak kasar
Agak tercium khas
kentang
Coklat kehitaman
|
Tabel
1. Hasil Pengamtan Pembuatn Tepung Kentang
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa berdasarkan pembuatan tepung dari bahan baku
kentang dengan perendaman air seberat 207,5 g kentang didapat produk tepung
kentang seberat 31,2 g dengan persen produk 15 %, dengan perendaman Na-bisulfit
seberat 207,5 g kentang didapat produk tepung kentang seberat 31,2 g dengan
persen produk 15 %, dengan blanching (pengukusan) seberat 207,5 g
kentang didapat produk tepung kentang seberat 31,1 g dengan persen produk 14,98
%, dan dengan perendaman Na-bisulfit dan blanching (pengukusan) seberat
207,5 g kentang didapat produk tepung kentang seberat 30,3 g dengan persen
produk 14,6 %.
Berdasarkan
percobaan yang dilakukan dengan menggunakan empat pelakuan dapat disimpulkan
bahwa tepung kentang yang dilakukan dengan pelakukan perendaman dengan
Na-bisulfit yang paling baik dibandingkan dengan pelakukan lainnya yang dilihat
dari warna, penampakan dan banyaknya produk yang dihasilkan. Dilihat dari aroma
dan rasa tepung yang baik adalah tepung kentang yang dihasilkan dari
pelakukan blanching karena dengan pelakukan ini aroma dan rasa
kentang terasa pada tepung yang dihasilkan. Kenapa tepung kentang yang
dihasilkan dari perendaman Na-bisulfit yang paling bauik karena fungsi adri
Na-bisulfit itu sendiri yaitu untuk menonaktifkan enzim polifenolase yang
menyebabkan pencoklatan pada kentang.
Tepung merupakan salah satu bentuk
alternatif produk setengah jadi yang dianjurkan, karena lebih tahan disimpan,
mudah dicampur (dibuat komposit), diperkaya zat gizi (difortifikasi), dibentuk,
dan lebih cepat dimasak sesuai tuntutan kehidupan modern yang serba praktis.
Prosedur pembuatan tepung sangat beragam, dibedakan berdasarkan sifat dan
komponen kimia bahan pangan. Namun, secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu pertama bahan pangan yang mudah menjadi coklat apabila dikupas
dan kedua bahan pangan yang tidak mudah menjadi coklat.
Tabel
2. Standar Mutu Tepung
Kriteria
Uji
|
Satuan
|
Pesyaratan
|
Keadaan
:
Bentuk
Bau
Rasa
Warna
|
-
-
-
-
|
Serbuk
Normal (bebas
dari bau asing)
Normal (bebas
dari bau asing)
Normal
|
Benda
Asing
|
-
|
Tidak
boleh ada
|
Serangga
dalam semua bentuk stadia atau potongan-potongann yang tampak *)
|
-
|
Tidak
boleh ada
|
Kehalusan
lolos ayakan 212 milimikron
|
-
|
Min.
95%
|
Air
|
%,b/b
|
Maks,
14,5 %
|
Abu
|
%,b/b
|
Maks.
0,6 %
|
Protein
(Nx5,7)
|
%,b/b
|
Min.
7,0 %
|
Keasaman
|
MgKOH/100g
|
Maks.
500/100 g contoh
|
Faling
number
|
Detik
|
Min.
300
|
Besi
(Fe)
|
Mg/kg
|
Min.
50
|
Seng
(Zn)
|
Mg/kg
|
Min.
30
|
Vitamin
B1 (thiamin)
|
Mg/kg
|
Min.
2,5
|
Vitamin
B2 (riboflavin)
|
Mg/kg
|
Min.
4
|
Asam
folat
|
Mg/kg
|
Min.
2
|
Cemaran
logam
Timbal
(Pb)
Raksa
(Hg)
Tembaga
(Cu)
|
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
|
Maks
1,10
Mak.
0,05
Mak.
10
|
Cemaran
Arsen
|
Mg/kg
|
Maks.
0,5
|
Cemaran
Mikroba
Angka
Lempeng Total
E.Coli
Kapang
|
Koloni/g
APM/g
Koloni/g
|
Maks.
10.6
Maks.
10
Maks.
10.4
|
Sumber
: Badan Standarisasi Nasional, SNI 01-3751-2000
Tabel
3. Kandungan Kimia Kentang
Komponen
|
Kadar
|
Air
|
80%
|
Karbohidrat
|
18%
|
Protein
|
2,4%
|
Lemak
|
0,1%
|
Vitamin
C
|
31
mg/100gr
|
Kalsium
(Ca)
|
26
mg/100gr
|
Fosfor
(P)
|
49
mg/100gr
|
Besi
(Fe)
|
1,1
mg/100gr
|
Kalium
(K)
|
449
mg/100gr
|
Natrium
|
0,4
mg/100gr
|
Dilihat dari kandungan air yang terdapat
dalam kentang mengakibatkan tepung yang dihasilkan dalam pembutan tepung
kentang ini sedikit karena banyak air yang dikelurkan pada saat pengeringan.
Jadi rata-rata produk yang dihasilkan dalam pembuatan tepung yaitu 15% dari
berat kentang sebelum pengeringan.
Pada umumnya, umbi-umbian dan buah-buahan
mudah mengalami pencoklatan setelah dikupas. Hal ini disebabkan oksidasi dengan
udara sehingga terbentuk reaksi pencoklatan oleh pengaruh enzim yang terdapat
dalam bahan pangan tersebut (browning enzimatis). Pencoklatan karena enzim
merupakan reaksi antara oksigen dan suatu senyawa phenol yang dikatalisis oleh
polyphenol oksidase. Untuk menghindari terbentuknya warna coklat pada bahan
pangan yang akan dibuat tepung dapat dilakukan dengan mencegah sesedikit
mungkin kontak antara bahan yang telah dikupas dan udara dengan cara merendam
dalam air (atau larutan garam 1% dan atau menginaktifkan enzim dalam proses
blansir)
Percobaan yang dilakukan dalam pembutan
tepung kentang yaitu menggunakan empat pelakukan yaitu perendaman dengan air,
perendaman dengan Na-bisulfit, pelakukan blanching, dan perendaman dengan
Na-bisulfit yang dilanjutkan dengan blanching semuanya bertujuan untuk
menghambat terjadinya proses pencoklatan secara enzimatis maupun non-enzimatis
sehingga tepung yang dihasilakn akan memiliki warna putih. Karena warna putih
pada tepung merupakan hal yang diinginkan oleh konsumen.
Blansing merupakan suatu cara pemanasan
pendahuluan atau perlakuan pemanasan tipe pasteurisasi yang dilakukan pada suhu
kurang dri 100o C selama beberapa menit, dengan menggunakan air panas atau
uap. Biasanya suhu yang digunakan sekitar 82–93oC selama 3–5 menit. Contoh
blansing misalnya mencelupkan sayuran atau buah dalam air mendidih selama 3–5 menit
atau mengukusnya selama 3–5 menit. Tujuan utama blansing ialah menginaktifan
enzim diantaranya enzim peroksidase dan katalase, walaupun sebagian dari
mikroba yang ada dalam bahan juga turut mati. Kedua jenis enzim ini paling
tahan terhadap panas. Blansing biasanya dilakukan terhadap sayur-sayuran dan
buah-buahan yang akan dikalengkan atau dikeringkan.
Tabel
4. Perbandingan antara Steam Blancher dan Hot-Water Blancher
Peralatan
|
Keuntungan
|
Kerugian
|
Steam
Blancher
|
Kehilangan
komponen larut air dapat ditekan Produksi limbah lebih rendah (biaya
pembuangan limbah lebih murah) Lebih mudah untuk dibersihkan
|
Bahan
pangan hanya mengalami proses pencucian dan pembersihan secara terbatas
Memerlukan biaya modal yang lebih tinggi Mungkin terjadi proses blansir yang
tidak merata jika jumlah produk yang diblansir cukup besar Penggunaan energi
panas dari uap panas kurang efisien
|
Hot-water
blancher
|
Biaya
modal lebih rendah Penggunaan energi panas dari air panas lebih efesien
|
Kerusakan/
kehilangan komponen larut air cukup tinggi (termasuk vitamin, mineral dan
gula) Jumlah limbah dan biaya pengolahan limbah tingggi Terdapat resiko
kontaminsasi bakteria, terutama bakteria termofilik
|
Pengeringan yang dilakukan dalam pembuatan
tepung kentang yaitu bertujuan untuk mengurangi kadar air kentang sampai batas
tertentu sehingga kentang yang sudah kering dapat digiling sehingga berbentuk
tepung yang memiliki kehalusan yaitu lolos pada ayakan 100 mesh. Berdasarkan
SNI tepung yang baik adalah salah satunya memiliki kehalusan yang lolos ayakan
212 mikron sebanyak 95%. 212 mikron adalah ayakan dengan nomer mesh 70 mesh.
Sebelum penmgeringan sampel kentang
terlebih dahulu di kupas dan diiris tipis dengan
menggunakan slicer tujuannya untuk memperbanyak permukaan bahan
sehingga mempercepat pengeringan. Banyaknya permukaan bahan mempengaruhi
kecepatan pengeringan karena banyak bahan yang kontak dengan panas sehingga
banyak pula air yang diuapkan. Selain itu ketebalan bahan yang akan dikeringkan
juga mempengaruhi kecepatan pengeringan makin tebal bahan yang dikeringkan maka
makin lama proses pengeringannya, oleh karena itu kentang dilakukan
pengerisisan setipis mungkin agar pengeringan berlangsung secara cepat.
Pengeringan merupakan proses pengeluran
air dari sutu bahan pangan menuju kadar air kesetimbangan dengan udara
sekeliling atau pada tingkat kadar air dimana mutu bahan pangan dapat dicegah
dari serangan jamur, enzim dan aktivitas serangga. Pengeringan diartikan juga
sebagai proses pemisahan atau pengeluaran air dari suatu bahan yang jumlahnya
relatif kecil dengan menggunakan panas atau diartikan sebagai suatu penerapan
panas dalam kondisi terkendali, untuk mengeluarkan air dalam bahan pangan
melalui evaporasi dan sublimasi (Effendi, 2009).
Pengeringan adalah suatu peristiwa
perpindahan massa dan energi yang terjadi dalam pemisahan cairan atau
kelembaban dari suatu bahan sampai batas kandungan air yang ditentukan dengan
menggunakan gas sebagai fluida sumber panas dan penerima uap
cairan. Pengeringan merupakan proses penghilangan sejumlah air dari
material. Dalam pengeringan, air dihilangkan dengan prinsip perbedaan
kelembaban antara udara pengering dengan bahan makanan yang dikeringkan.
Material biasanya dikontakkan dengan udara kering yang kemudian terjadi
perpindahan massa air dari material ke udara pengering .
Pengeringan makanan memiliki tujuan adalah
sebagai sarana pengawetan makanan. Mikroorganisme yang mengakibatkan kerusakan
makanan tidak dapat berkembang dan bertahan hidup pada lingkungan dengan kadar
air yang rendah. Selain itu, banyak enzim yang mengakibatkan perubahan kimia
pada makanan tidak dapat berfungsi tanpa kehadiran air (Geankoplis, 2010).
Bahan pangan terdiri dari bahan kering
ditambah sejumlah air. Air dalam bahan pangan merupakan bagian seutuhnya dari
bahan pangan itu sendiri. Air tersebut terdapat air bebas dana air
terikat. Air bebas terdapat dibagian permukaan bahan atau benda padat, diantara
sel-sel maupun dalam pori-pori, air mudah teruapkan pada pengeringan. Air
terikat yaitu air yang terikat secara fisik menurut system kapiler atau
absorpsi karena adanya tenaga penyerapan. Air terikat secara kimia yaitu air
yang berada dalam bahan dalam bentuk kristal dan air yang terikat dalam sistem
dispersi koloid. Air terikat ini dapat berikatan dengan protein, selulosa, zat
tepung, pektin, dan sebagian zat-zat yang terkandung dalam bahan pangan. Air
tersebut memang sulit untuk dihilangkan, karena harus memerlukan beberapa
perlakuan seperti halnya terhadap beberapa faktor-faktor yang berpengaruh dalam
pengeringan antara lain suhu, kelembaban dan kegiatan membalik-balik bahan
seperti pengeringan ikan, gabah, kopi, dan lain-lain (Effendi, 2009).
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi
kecepatan pengeringan dari suatu bahan pangan adalah sifat fisik dan kimia dari
produk (bentuk, ukuran, komposisi, kadar air), pengaturan geometris produk
sehubungan dengan permukaan alat atau media perantara pemindah panas (seperti
nampan untuk pengeringan), sifat-sifat fisik dari lingkungan alat pengering
(suhu, kelembaban, dan kecepatan udara), dan karakteristik alat
pengering (efisiensi pemindah panas) (Buckle, 2011).
Proses pengeringan dapat terjadi karena
adanya perbedaan kelembaban udara kering dalam alat pengering dengan bahan yang
dikeringka, selain itu karena adanya perpindahan panas dari udara kering ke
bahan basah sehingga bahan basah akan menguap. Pengeringan juga dapat terjadi
karena peningkatan suhu pada tekanan 1 atm hingga mencapai 100oC mampu mengubah
keadaan air menjadi uap.
Mekanisme pengeringan ketika benda basah
dikeringkan secara termal, ada dua proses yang berlangsung secara simultan,
yaitu :
1. Perpindahan
energi dari lingkungan untuk menguapkan air yang terdapat di permukaan benda
padat. Perpindahan energi dari lingkungan ini dapat berlangsung secara
konduksi, konveksi, radiasi, atau kombinasi dari ketiganya. Proses ini
dipengaruhi oleh temperatur, kelembapan, laju dan arah aliran udara, bentuk
fisik padatan, luas permukaan kontak dengan udara dan tekanan. Proses ini
merupakan proses penting selama tahap awal pengeringan ketika air tidak terikat
dihilangkan. Penguapan yang terjadi pada permukaan padatan dikendalikan oleh
peristiwa difusi uap dari permukaan padatan ke lingkungan melalui lapisan film
tipis udara
2. Perpindahan
massa air yang terdapat di dalam benda ke permukaan
Ketika terjadi penguapan pada permukaan padatan, terjadi perbedaan temperatur
sehingga air mengalir dari bagian dalam benda padat menuju ke permukaan benda
padat. Struktur benda padat tersebut akan menentukan mekanisme aliran
internal air
Bahan pangan yang dikeringkan umumnya
mempunyai nilai gizi yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan segarnya.
Selama pengeringan juga dapat terjadi perubahan warna, aroma, tekstur dan
vitamin-vitamin menjadi rusak atau berkurang. Pada umumnya bahan pangan yang
dikeringkan berubah warnanya menjadi coklat. Perubahan warna tersebut
disebabkan oleh reaksi-reaksi browning, baik enzimatik maupun non
enzimatik. Jika proses pengeringan dilakukan pada suhu yang terlalu tinggi,
maka dapat menyebabkan kerusakan vitamin C .
Selain penurunan nilai gizi, akibat dari
pengeringan juga dapat terjadinya case hardening yaitu bentuk
kerusakan yang terjadi apabila penguapan air pada permukaan bahan lebih cepat
daripada difusi air dari bagian dalam keluar. Akibat dari peoses case
hardening yaitu lapisan permukaan bahan menjdi keras sehingga uap air
tidak dapat menembus apabila dikeringkan lebih lanjut.
Ditinjau dari pergerakan bahan padatnya,
pengeringan dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengeringan batch dan
pengeringan kontinyu. Pengeringan batch adalah pengeringan dimana
bahan yang dikeringakan dimasukan ke dalam alat pengering dan didiamkan selama
waktu yang ditentukan. Pengeringan kontinyu adalah pengeringan dimana bahan
basah masuk secara sinambung dan bahan kering keluar secara sinambung dari alat
pengering .
Berdasarkan kondisi fisik yang digunakan
untuk memberikan panas pada sistem dan memindahkan uap air, proses pengeringan
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: 1) Pengeringan kontak langsung;
menggunakan udara panas sebagai medium pengering pada tekanan atmosferik. Pada
proses ini uap yang terbentuk terbawa oleh udara. 2) Pengeringan vakum;
menggunakan logam sebagai medium pengontak panas atau menggunakan efek radiasi.
Pada proses ini penguapan air berlangsung lebih cepat pada tekanan rendah. Dan 3)
Pengeringan beku; pengeringan yang melibatkan proses sublimasi air dari suatu
material beku .
Pengeringan yang diguankan dalam percobaan
pembuatan tepung kentang yaitu tipe pengeringan batch yaitu dengan
menggunakan alat pengering tunnel dryer. Alat ini mengalirkan udara panas
diatas bahan dan dikeluarkan di ujung alat. Pengerjaan pengeringan
menggunakan tunnel dryermenggunakan rak yang disebut tray. Tray ini
berbentuk persegi dan berlubang-lubnag seperti jala yang dirancang agar susunan
tray dapat dilewati udara pengering.
Tunnel dryer berupa ruangan yang
mirip dengan lorong atau terowongan. Bahan yang dikeringkan pada lori atau
kereta yang bergerak dalam terowongan, kemudian dihebuskan oleh aliran udara
panas pada suhu yang dikendalikan sesuai dengan bahan pangan yang dikeringkan.
Alat pengering lorong atau tunnel terdiri dari terowongan panjang,
dimana makanan padat dapat berjalan bertentangan dengan udara panas, maupun
dalam arah yang sama dengan udara panas. Makanan yang keluar dari lorong sudah
menjadi kering. Alat pengering ini digunakan untuk mengeringakn bahan pangan
nabati seperti buah-buahan dan sayuran dan bahan pangan hewani seperti ikan,
udang dan lainnya yang bekerja semi kontinyu. Bahan pangan diletakan dalam tray
dan dimasukan kedalam lori, kemudian lori yang berisi tray dimasukan kedalam
alat pengering lorong atau tunnel. Udara yang berasal dari blower
dialirkan ke dalam pemanas yang dilengkapi dengan fan dan seterusnya
melalui buffle yang berfungsi untuk menyeragamkan aliran udara panas
kedalam alat pengering lorong (Effendi, 2009).
Kentang yang sudah kering dapat digiling
dengan mengguankan blander agar didapat hasil menjadi tepung. Tepung yang
dihasilkan dari proses pengeringan ukuranya tidak langsung seragam, tetapi
berbeda-beda, ada yang sudah halus dan ada juga yang masih kasar (partikel
berukuran besar). Untuk menyeragamkan ukuran partikel tepung dialkukan
pengayakan dengan menggunakan ayakan dengan ukuran lubang 100 mesh, tepung
kentang yang masih kasar terlebih dahulu di destruksi, hingga akhirnya semua
tepung dapat melalui lubang pengayak 100 mesh.
Mesh yaitu banyaknya lubang-lubang per 1
inci kuadrat, misalnya ayakan yang digunakan pada percobaan pengayakan
menggunakan screen dengan ukuran mesh, yaitu jumlah lubang per 1 inchi
kuadrat. Bila yang digunakan mesh 40 maka dalam 1 inchi persegi terdapat 40
lubang persegi.
Berdaskan SNI yang menyatakan bahwa
kehalus tepung yang baik adalah yang lolos ayakan 212 mikron sebanyak 95%,
diamana 212 mikron merupakan ayakan dengan number mesh 70 mesh maka tepung yang
dihasilkan dari percobaan pembuatan tepung kentang sudah masuk kriteria SNI
dari segi kehalusan. Selain itu dilihat dari penampakan tepung yang dihasilakn
juga masuk kriteria SNI karena warna, aroma, dan rasa tidak ada yang
menyimpanag yaitu normal seperti halnya tepung pada umumnya.
Pengayakan merupakan pemisahan berbagai
campuran partikel padatan yang mempunyai berbagai ukuran bahan dengan
menggunakan ayakan. Proses pengayakan juga digunakan sebagai alat pembersih,
pemisah kontaminan yang ukurannya berbeda dengan bahan baku. Pengayakan
memudahkan kita untuk mendapatkan tepung dengan ukuran yang seragam. Dengan
demikian pengayakan dapat didefinisikan sebagai suatu metoda pemisahan berbagai
campuran partikel padat sehingga didapat ukuran partikel yang seragam serta
terbebas dari kontaminan yang memiliki ukuran yang berbeda dengan menggunakan
alat pengayakan.
Pengayakan dengan berbagai rancangan telah
banyak digunakan dan dikembangkan secara luas pada proses pemisahan bahan-bahan
pangan berdasarkan ukuran. pengayakan yaitu pemisahan bahan berdasarkan ukuran
mesin kawat ayakan, bahan yang mempunyai ukuran lebih kecil dari diameter mesin
akan lolos dan bahan yang mempunyai ukuran lebih besar akan tertahan pada
permukaan kawat ayakan. Bahan-bahan yang lolos melewati lubang ayakan mempunyai
ukuran yang seragam dan bahan yang tertahan dikembalikan untuk dilakukan
penggilingan ulang .
Proses saat pembuatan tepung kentang hal
yang perlu diperhatikan yaitu bahaya yang dapat mucul pada proses dan membuat
mutu dari produk tersebut menjadi kurang baik. CCP (critical control poin)
dimana merupakan bahaya yang muncul saat proses dimana perlu ada pengendalian
atau tindak lanjut agar produk yang dihasilkan sesuai dan tidak gagal.
CCP pada proses pembuatan tepung kentang,
hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu saat proses pencuaian harus dilakuakan
dengan baik supaya kentang bersih dan terhindar dari kotoran yang menempel yang
dapat menimbulkan bahaya saat dilakukan proses selanjutnya. Pada proses reduksi
ukuran yang harus diperhatikan yaitu saat kentang di slicer harus
cepat dimasukan kedalam air hal ini dimaksudkan agar proses pencoklatan yang
terjadi dapat dicegah, sehingga hasil tepung yang didapat menjadi putih bersih.
Tepung merupakan bahan pangan yang
bersifat hidroskopis yaitu mudah menyerap air, oleh karena itu dalam
penyimpanannya harus dalam keadaan kering. Karena apabila tepung yang kontak
dengan air akan mengalami kerusakan seperti terbentuknya gumpalan, tumbuhnya
jamur atau kapang, karena kelembaban tinggi maka baunya menjadi apek.
Peeling adalah proses pengupasan kulit
pada bahan pangan, tujuan dari peeling adalah untuk membersihkan bahan pangan
dari kulit dan kotoran yang tertempel pada kulit. Cara-cara peeling
berbacam-macam yaitu dengan pisau, dengan perebusan atau pengukusan terlebih
dahulu, perendaman dengan larutan soda kue terlebih dahulu atau perendaman
dengan NaOH. Dari keempat pelakukan tersebut memiliki waktu pengupasan
berbeda-beda diantaranya dengan pengukusan terlebih dahulu yaitu 39,7 detik,
perendaman dengan soda kue yaitu 1 menit 46 detik, perendaman dengan NaOH yaitu
2 menit 14 detik dan tanpa pelakuakn apa-apa yaitu 3 menit 56 detik. Dari
kempat cara tersebut yang paling cepat adalah dengan pelakukan perebusan atau
pengukusan terlebih dahulu karena kentang yang sudah direbus atau dikukus akan
mudah terlepas kulitnya walaupun tanpa alat pembantu seperti pisau. Tetapi
kelemahan dari pelakuan ini yaitu daging kentanya juga mudah terangkat saat
mengupas kulitnya sehingga banyak kentang yang terbuang selain itu waktu
pengupasanpun menjadi lama karena kentang harus direbus atau dikukus terlebih
dahulu. Dari segi kepraktisan pengupasan dengan pisau yang paling mudah
walaupun pengupasan ini mengakibatkan daging kentang ikut terkupas. Dari semua
pelakuan peeling menurut saya yang paling baik adalah dengan pengukusan
terlebih dahulu karena hasil pengupasannya lebih bersih dibandingkan dengan
pelakuan yang lain.
Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan
beberapa cara dianataranya dengan menggunakan metode gravimetri dan metode
destilasi. Tetapi yang paling murah dan gampang dalam penentuan kadar air yaitu
dengan menggunakan cara metode gravimetri. Pada umumnya penentuan kadar air
dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 1050-1100C selama 3
jam atau sampai didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah
pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan. Untuk bahan-bahan yang tidak
tahan panas, seperti bahan berkadar gula tinggi, minyak, daging, kecap, dan lain-lain
pemanasan dilakukan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih rendah.
Kadang-kadang pengeringan dilakukan tanpa pemanasan, bahan dimasukkan dalam
eksikator dengan H2SO4 pekat sebagai pengering, hingga mencapai berat yang
konstan .
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa berdasarkan
pembuatan tepung dari bahan baku kentang dengan perendaman air seberat 207,5 g
kentang didapat produk tepung kentang seberat 31,2 g dengan persen produk 15 %,
dengan perendaman Na-bisulfit seberat 207,5 g kentang didapat produk tepung
kentang seberat 31,2 g dengan persen produk 15 %,
dengan blanching (pengukusan) seberat 207,5 g kentang didapat produk
tepung kentang seberat 31,1 g dengan persen produk 14,98 %, dan dengan
perendaman Na-bisulfit dan blanching (pengukusan) seberat 207,5 g
kentang didapat produk tepung kentang seberat 30,3 g dengan persen produk 14,6
%.
B. Saran
Pada
percobaan ini diperlukan tingkat ketelitian akan metode percobaan yang sangat tinggi,
agar hasilnya sesuai dengan literatur yang ada. Sebelum percobaan dimulai,
persiapan-persiapan awal seperti penimbangan berat awal dari bahan baku yang
akan digunakan harus benar-benar diperhitungkan, karena ketika proses
pengeringan berlangsung akan terjadi penyusutan berat bahan, akibatnya jika
dari awal berat bahan baku kecil, maka produk tepung yang dihasilkan akan
sedikit sekali. Selain itu juga kebersihan dari alat-alat yang akan digunakan
sangat penting diperhatikan, agar bahan tidak terkontaminasi oleh benda-benda
asing, karena akan mempengaruhi penampakan akhir tepung.
DAFTAR
PUSTAKA
Buckle,
K.A, (2011), Ilmu
Pangan, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Desrosier, N.W, (2012), Teknologi Pengawetan Pangan,
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta
Effendi, M. Supli, (2009), Teknologi
Pengolahan dan Pengawetan Pangan, Penerbit Alfabet, Bandung.
Fellow, P., (2012), Food Processing Technology
Principles and Practice, Ellis Horwood, New York.
Geankoplis, Christie J., (2010), Transport Processing and Unit
Operations, Prentice Hall of India Private Limited, Delhi.
Muchtadi T, (2013), Ilmu Pengetahuan Bahan
Pangan, Depdikbud Dirjen Fakultas Teknik Pertanian Institut Teknologi
Bogor, Bogor.
Suharto, Ign, (2012), Industri Pangan Dalam Sistem
Rantai Makanan, Universitas Pasundan, Bandung.
Winarno, F.G., (2011) Kimia Pangan dan Gizi, , PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Wirakartakusuma, Aman dkk., (2012), Peralatan Dan Unit Proses
Industri Pangan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.